tag:blogger.com,1999:blog-26048925117542398672024-01-29T04:58:35.403+07:00AnacarlyaMempelajari hal-hal baru sebanyak mungkin itu baik, namun berbagi hal-hal yang dimiliki; cerita hidup, materi kuliah, pengalaman, cinta dan artikel menarik, walau sedikit jauh lebih menyenangkan.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-83950309754598390032013-09-16T09:32:00.002+07:002013-11-12T12:01:44.319+07:00Akulturasi Komunikasi Antar Budaya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdZDvKeGarh3VWK-HX1C6dOwCczKqdGeWkz7GuKyd1i93PF2j6c_JMEEODG-NC3vkt2_BuiFIRw3rUbOSTrgujOsX1DUnt7UyqE7MR0gzcS52YRIo_4kzOe37B00cLnaivQkcIXo_WW9E/s1600/komukalturasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Komunikasi Antar Budaya" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdZDvKeGarh3VWK-HX1C6dOwCczKqdGeWkz7GuKyd1i93PF2j6c_JMEEODG-NC3vkt2_BuiFIRw3rUbOSTrgujOsX1DUnt7UyqE7MR0gzcS52YRIo_4kzOe37B00cLnaivQkcIXo_WW9E/s200/komukalturasi.jpg" title="Akulturasi Komunikasi" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembahasan ini merupakan bagian terakhir dari trilogi komunikasi antar budaya. Edisi sebelumnya telah sama-sama kita bahas tentang <a href="http://anacarlya.blogspot.com/2013/09/penerapan-prinsip-komunikasi-pada.html" rel="nofollow" target="_blank"><b>Unsur-unsur Komunikas</b></a>i dan <a href="http://anacarlya.blogspot.com/2013/09/prinsip-homofili-dan-heterofili-dalam.html" rel="nofollow" target="_blank"><b>Homofil dan Heterofili dalam Komunikasi Antar Budaya</b></a>. Akultrasi merupakan suatu proses yang dilakukan imigran untuk menyesuaikan diri dengan dan memperoleh budaya pribumi, yang akhirnya mengarah kepada asimilasi. Asimilasi merupakan derajat tertinggi akultrasi yang secara teoritis mungkin terjadi. Bagi kebanyakan imigran, asimilasi mungkin merupakan tujuan sepanjang hidup.<br />
<br />
Menurut Wikipedia, Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: saat budaya <i>Rap </i>dari negara asing digabungkan dengan Bahasa Jawa, menghasilkan perpaduan <i>nge-rap</i> dengan menggunakan bahasa Jawa.<br />
<br />
<b>Thomas Glick (1997</b>) akulturasi adalah proses pergantian budaya yang diset dalam gerakan dari pertemuan sistem budaya yang otonom. Hal tersebut menghasilkan sebuah peningkatan persamaan antara satu dengan yang lainnya. <b>Robert Redfield, Ralph Linton</b> dan <b>Melville Herskovits</b> dalam <b>American Antropologist (1936)</b> menjelaskan bahwa akulturasi merupakan sebuah hasil ketika dua kelompok budaya dari individu-individu saling bertukar perbedaan budaya, timbul dari keberlanjutan perjumpaan pertama. Dimana terjadi perubahan dari pola asli kebudayaan dari kedua kelompok tersebut.<br />
<br />
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan akultrasi adalah pembauran antara dua budaya yang berbeda yang akan menghasilkan sebuah peningkatan persamaan antara satu dengan yang lainnya.<br />
<br />
Dalam proses komunikasi antara imigran dan pribumi misalnya, akulturasi terjadi melalui identifikasi dan internalisasi lambang-lambang masyarakat pribumi yang signifikan dengan hal-hal yang non-pribumi (imigran). Sebagaimana orang-orang pribumi memperoleh pola-pola budaya pribumi lewat komunikasi, seorang imigran pun memperoleh pola-pola budaya pribumi melalui komunikasi. Seorang imigran akan mengatur dirinya untuk mengetahui dan diketahui dalam berhubungan dengan orang lain, dan itu dilakukannya lewat komunikasi. Proses <i>trial and error </i>selama akulturasi sering mengecewakan dan menyakitkan. Dalam banyak kasus, bahasa asli imigran sangat berbeda dengan bahasa asli masyarakat pribumi.<br />
<br />
Masalah-masalah komunikasi lainnya meliputi masalah komunikasi non-verbal, seperti perbedaan-perbedaan dalam penggunaan dan pengaturan ruang, jarak antar pribadi, ekspresi wajah, gerak mata, gerak tubuh lainnya, dan persepsi tentang penting tidaknya prilaku non-verbal. Orang belajar berkomunikasi dengan berkomunikasi. Tentunya melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang terus menerus dan beraneka ragam, seorang imigran secara bertahap memperoleh mekanisme komunikasi yang ia butuhkan untuk menghadapi lingkungannya. Kecakapan berkomunikasi yang telah diperoleh imigran lebih lanjut menentukan seluruh akulturasinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Potensi Akulturasi</b><br />
<br />
Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara individu-individu, tetapi beraneka ragam, tergantun pada potensi akulturasi yang dimiliki imigran sebelum berimigrasi. Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi mungkin merupakan faktor terpenting yang menunjang potensi akulturasi.<br />
<br />
Di antara faktor-faktor atau karakteristik-karakteristik demografik,usia pada saat berimigrasi dan latar belakang pendidikan terbukti berhubungan erat dengan potensi akulturasi. Imigran yang lebih tua mengalami lebih banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru dan mereka lebih lambat dalam memperoleh pola-pola budaya baru <b>(Kim, 1976)</b>. Latar belakang pendidikan imigran sebelum berimigrasi mempermudah akulturasi <b>(Kim, 1976, 1980).</b><br />
<br />
Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi adalah faktor-faktor kepribadian seperti suka berteman, toleransi, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, dan keterbukaan. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini membantu imigran membentuk persepsi, perasaan dan perilakunya yang memudahkan dalam lingkungan yang baru. Di samping itu, pengetahuan imigran tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi yang diperoleh dari kunjungan yang dilakukan sebelumnya, kontak-kontak antar pesonal, dan lewat media massa, juga dapat mempertinggi potensi akultrasi imigran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Peran Komunikasi Dalam Mempermudah Akulturasi</b><br />
<br />
Peran akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri dengan, dan menerima pola-pola dan aturan-aturan komunikasi dominan yang ada pada masyarakat pribumi. Kecakapan komunikasi pribumi yang diperoleh pada gilirannya akan mempermudah semua aspek penyesuain diri lainnya dalam masyarakat pribumi. Dan informasi tentang komunikasi imigran memungkinkan kita meramalkan derajat dan pola akulturasinya.<br />
<br />
Potensi akulturasi seorang imigran sebelum berimigrasi dapat memepermudah akulturasi yang dialaminya dalam masyarakat pribumi. Adapun faktor-faktor yang menentukan potensi akultrasi adalah sebagai berikut:<br />
<br />
Proses akulturasi akan segera berlangsung saat seorang imigran memasuki budaya pribumi. Proses akulturasi akan terus berlangsung selama imigran mengadakan kontak langsung dengam sistem sosio-budaya pribumi. Semua kekuatan akulturatif-komunikasi persona dan sosial, lingkungan komunikasi dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus, tapi akan bergerak majumenuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan asimilasi yang sempurna.<br />
<br />
Jika seorang imigran ingin mempertinggi kapasitas akulturatifnya dan secara sadar berusaha mempermudah proses akulturasinya, maka ia harus menyadari pentingnya komunikasi sebagai mekanisme penting untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dan memiliki suatu kecakapan komunikasi dalam budaya pribumi, kecakapan kognitif, afektif, dan perilaku dalam berhubungan dengan lingkungan pribumi.<br />
<br />
Akulturasi adalah suatu proses interaktif "mendorong dan menarik" antara seorang imigran dan lingkungan pribumi. Imigran tidak akan pernah mendapatkan tujuan akulturatifnya sendirian, tetapi anggota-anggota masyarakat pribumi dapat mempermudah akulturasi imigran dengan menerima pelaziman budaya asli imigran. Hal tersebut dapat terjadi dengan memberikan situasi-situasi komunikasi yang mendukung kepada imigran, dan menyediakan diri secara sabar untuk melakukan komunikasi antarbudaya dengan imigran. Masyarakat pribumi dapat lebih aktif membantu akulturasi imigran dengan mengadakan program-program latihan komunikasi. Dan nantinya segala program latihan tersebut harus membantu imigran dalam memperoleh kecakapan komunikasi.<br />
<br />
<b>PENUTUP</b><br />
<br />
Dalam banyak hal hubungan antarbudaya dan komunikasi bersifat timbal balik. Keduanya saling mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita berpikir, dan apa yang kita pikirkan dipengaruhui oleh budaya. Budaya takkan hidup tanpa komunikasi dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya. Masing-masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Dalam prosesnya komunikasi melibatkan beberapa unsure penting, dimana satu sama lainnya saling mempengaruhi.<br />
<br />
Masyarakat Indonesia terkenal dengan keberagaman suku, bahasa, agama, dan adat istiadat yang berbeda. Dalam hubungannya membutuhkan komunikasi yang baik diantara pemeran komunikasi supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam berkomunikasi. Untuk itu, sangat diperlukan prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam konteks kebudayaan, yang meliputi komunikasi <i>homofily</i> (derajat kesamaan), <i>heterofily</i> (derajat ketidaksamaan), dan akultrasi (pembauran). <br />
<br />
Komunikasi <i>homofily</i> atau derajat kesamaan adalah komunikasi yang berlangsung dengan dipengaruhi oleh beberapa hal diantanya adanya kesamaan latar belakang, kesamaan penampilan, persamaan nilai dan lain sebagainya. Dari beberapa hal yang sama ini maka komunikasi bisa berjalan dengan baik. Sejalan dengan itu komunikasi <i>heterofily</i> juga dibutuhkan, karena manusia juga memerlukan beberapa hal yang berbeda dari komunitasnya seperti informasi-informasi baru yang tidak ada dalam komunitasnya.</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-5712700996389123042013-09-15T16:22:00.004+07:002013-11-12T12:02:04.397+07:00PRINSIP HOMOFILI DAN HETEROFILI DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZpdtHkkEIsqop-7m8Kf2ESUfTrss7bR2G6Z3LP57ntEvpRCxd9tiUAiz6-zwtXhwd6SfMMF06gbnb1lB5WTXMTb5rjL5UAjEivO21JRXAiBW952rMbywn15dtH1IH1ntYwdvkkwWt-Ls/s1600/tim-work.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="pentingnya komunikasi" border="0" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZpdtHkkEIsqop-7m8Kf2ESUfTrss7bR2G6Z3LP57ntEvpRCxd9tiUAiz6-zwtXhwd6SfMMF06gbnb1lB5WTXMTb5rjL5UAjEivO21JRXAiBW952rMbywn15dtH1IH1ntYwdvkkwWt-Ls/s200/tim-work.jpeg" title="pentingnya komunikasi" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pembahasan tentang <a href="http://anacarlya.blogspot.com/2013/09/penerapan-prinsip-komunikasi-pada.html" rel="nofollow" target="_blank"><b>hakekat pokok komunikasi</b></a> yang penulis bahas pada <a href="http://anacarlya.blogspot.com/2013/09/penerapan-prinsip-komunikasi-pada.html" rel="nofollow" target="_blank"><b>artikel sebelumnya</b></a>, dapat diketahui bahwa identifikasi persamaan-persamaan merupakan suatu aspek yang penting dalam proses pertukaran informasi. Sesuai dengan konsep mengenai “<i>overlapping of interests</i>" (tumpang tindih kepentingan), maka persamaan merupakan semacam kerangka dalam komunikasi yang terjadi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kerangka tersebut bertujuan agar pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dapat saling memahami. Hal ini menghasilkan suatu komunikasi yang efektif, sebagaimana diketahui bahwa komunikasi efektif hanya dapat terjadi jika antara satu pihak dan pihak lainnya memiliki sesuatu yang kurang lebih sama, baik itu latar belakang maupun pengalaman.<br />
<br />
Istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sama antara pihak-pihak pelaku komunikasi ini adalah <b>homofili</b>. Homofili adalah derajat persamaan dalam beberapa hal tertentu seperti keyakinan, nilai, pendidikan, status sosial dan lain-lain, antara pasangan-pasangan individu yang berinteraksi.<br />
<br />
Menurut Wakidul Kohar, homofili adalah kesamaan derajat antara individu-individu yang terlibat dalam interaksi antarpribadi. Mereka saling percaya, tanpa sebuah kecurigaan. Sisi lain untuk menjelaskan keadaan di atas (yang masih terkait dengan homofili) adalah persepsi dalam proses komunikasi antar budaya. Unsur yang menjadikan interaksi seseorang lebih akrab dan komunikasi lebih terbuka adalah persepsi atas kesamaan dari berbagai hal yang meliputi penampilan, etnitas, tempat tinggal, geografi, pandangan politik dan moral.<br />
<br />
Perasaan-perasaan ini memungkinkan untuk tercapainya persepsi dan makna yang sama terhadap sesuatu objek atau peristiwa. Lalu bagaimana halnya dengan komunikasi antar budaya yang justru bertolak dari asumsi akan adanya perbedaan-perbedaan kebudayaan?. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dilihat dari sisi prinsip dasar komunikasi tadi, maka perbedaan-perbedaan ini cenderung mengurangi atau menghambat terjadinya komunikasi yang efektif, karena jika pesan-pesan yang disampaikan melampaui batas-batas kebudayaan, maka apa yang dimaksud oleh pengirim dalam suatu konteks tertentu akan diartikan dalam konteks yang lain lagi oleh penerima.<br />
<br />
Dalam situasi tersebut dapat dikatakan hanya sedikit saja atau tidak sama sekali “ko-orientasi yang merupakan persyaratan bagi komunikasi secara umum”. Ko-orientasi yang dimaksud adalah antara dua pihak yang berkomunikasi seharusnya terdapat persamaan dalam orientasi terhadap topik dari komunikasi mereka (<b>Sarel, 1979:395</b>). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan prinsip homofili, suatu individu cenderung berinteraksi dengan individu-individu lainnya yang serupa dalam hal karekteristik-karekteristik sosial dengannya. <b>Dodd (1982:168-170</b>) membuat klasifikasi tentang dimensi-dimensi homofili ke dalam hal-hal berikut ini:<br />
1. Homofili dalam penampilan.<br />
2. Homofili dalam latar belakang.<br />
3. Homofili dalam sikap.<br />
4. Homofili dalam nilai.<br />
5. Homofili dalam kepribadian.<br />
<br />
Namun, dipandang dari sudut kepentingan komunikasi antar budaya, adanya perbedaan-perbedaan tidak menutup kemungkinan terjadinya komunikasi antar individu-individu atau kelompok-kelompok budaya. Perbedaan-perbedaan bahkan dilihat sebagai kerangka atau matriks dimana komunikasi dapat terjadi. Dalam kaitan ini teori yang dikemukakan oleh <b>Grannovetter (1973)</b> mengenai kekuatan dan ikatan-ikatan lemah (<i>The strengt of weak ties</i>) yang menyarankan akan pentingnya hubungan-hubungan heterofili dalam pertukaran informasi.<br />
<br />
Dalam komunikasi manusia, agaknya diperlukan juga keseimbangan antara kesamaan dan perbedaan, antara hal-hal yang sudah dianggap biasa dengan sesuatu yang baru. Ada suatu proposisi dasar yang menyatakan bahwa kekuatan pertukaran informasi pada komunikasi (antara dua orang) mempunyai hubungan erat dengan derajat heterofili antara mereka. Dengan kata lain, orang akan menerima hal-hal baru yang informasional justru melalui ikatan-ikatan yang lemah (heterofili).<br />
<br />
Menurut <b>Rogert </b>dan <b>Kincaid</b>, heterofili adalah derajat perbedaan dalam beberapa hal tertentu antara pasangan-pasangan individu yang berinteraksi. Sejalan dengan pemikiran tersebut, dapat juga dikemukakan suatu konsep tentang <i>equifinality</i> dalam “teori sistem” yang menyatakan bahwa dalam suatu sistem tertentu manapun akan dapat dicapai tujuan yang sama, walaupun telah dipergunakan titik tolak dan proses-proses yang berbeda. Demikian pula dalam hubungan antar manusia, suatu gagasan yang tidak jauh berbeda menyebutkan bahwa dua orang akan bertindak sama, meskipun mereka telah menerima atau mengalami stimuli yang sangat berbeda <b>(Bennet, 1979)</b>.<br />
<br />
Mungkin dapat ditambahkan juga dalam kaitan ini pendapat dari <b>Dood (1982)</b> bahwa macam dalam komunikasi atau hakekat suatu sistem sosial dapat mempengaruhi prinsip homofili dalam pencarian informasi. Terutama dalam masyarakat “modern” (istilah dari <b>Dodd</b>), orang mencari individu-individu yang secara teknis lebih ahli yang dapat menunjukkan derajat inovatif yang meningkat. Dengan catatan bahwa situasi heterofili demikian dapat terjadi jikalau masih dalam cakupan perbedaan yang tidak terlalu besar atau disebut olehnya “<i>optimal heterophili</i>”.<br />
<br />
Toleransi terhadap perbedaan ini dimungkinkan, karena dalam hubungan dua orang yang secara sempurna homofilik, pengetahuan keduanya tentang inovasi akan sama sajaa Sehingga keadaan ideal dalam perolehan informasi ialah heterofili dalam hal pengetahuan tetapi cukup homofili dalam karakteristik-karakteristik atau variabel-variabel lain (misalnya status sosial ekonomi). Maka bila perbedaan-perbedaan disadari atau diakui potensi pengaruhnya terhadap komunikasi, masalahnya kemudian mungkin terletak pada cara-cara, strategi atau teknik komunikasi yang dipakai.<br />
<br />
Dalam komunikasi antar budaya, perbedaan-perbedaan individual dapat diperbesar oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Persepsi tentang kebudayaan-kebudayaan ini adalah titik tolak dari asumsi yang paling dasar dari komunikasi antar budaya, yaitu kebutuhaan untuk menyadari dan mengakui perbedaan-perbedaan untuk menjembataninya melalui komunikasi.<br />
<br />
Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindih satu sama lain. Daerah yang bertindih itu disebut kerangka pengalaman (<i>field of experience</i>), yang menunjukkan adanya antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol (<b>Sumber: Cangara, 2008 : 21</b>).<br />
<br />
Dari ilustrasi diatas, kita dapat menarik empat prinsip dasar komunikasi, yaitu:<br />
1. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (<i>sharing similar experiences</i>).<br />
2. Jika daerah tumpang tindih (<i>the field of experience</i>) menyebar menutupi lingkaran A dan B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya tercipta suatu proses komunikasi yang mengena (efektif).<br />
3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif.<br />
4. Kedua lingkaran ini tidak akan bisa saling menutup secara penuh (100%) karena dalam konteks komunikasi antarmanusia tidak pernah ada manusia diatas dunia ini yang memiliki perilaku, karakter, dan sifat – sifat yang persis sama (100%), sekalipun kedua manusia itu dilahirkan secara kembar.</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-64100374599889537192013-09-14T14:19:00.002+07:002013-11-12T12:03:06.834+07:00PENERAPAN PRINSIP KOMUNIKASI PADA KONTEKS KEBUDAYAAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJGkxJhYoqT6eXw7-PvT0uPk4q_a16X2FNTdXEb5MOy8H4ttqD8KUxPRZ3i_kIsb6jo7V-dtWSgp0litlcMhjhbpOeLjoS_dQV1ujdXoKIlvNrCgzgLBH47PlDaQlnLetlc8vzW2Jl8M0/s1600/komunikasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Prinsip Komunikasi" border="0" height="113" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJGkxJhYoqT6eXw7-PvT0uPk4q_a16X2FNTdXEb5MOy8H4ttqD8KUxPRZ3i_kIsb6jo7V-dtWSgp0litlcMhjhbpOeLjoS_dQV1ujdXoKIlvNrCgzgLBH47PlDaQlnLetlc8vzW2Jl8M0/s200/komunikasi.jpg" title="Prinsip Komunikasi" width="200" /></a></div>
Masyarakat Indonesia sejak dulu dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat. Di sisi lain, perkembangan dunia modern sangat pesat, dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan dunia bergerak ke arah “desa dunia” (<i>global village</i>).<br />
<br />
Keadaan ini menyebabkan hampir tidak ada sekat dan batas-batas wilayah, sebagai akibat perkembangan teknologi modern. Perubahan tersebut menuntut masyarakat (dalam arti luas) untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks keberagaman kebudayaan atau apapun namanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>Global Village</i> menuntut suatu interaksi dan komunikasi berjalan dengan baik antara satu komunitas sosial dan komunitas lainnya. Pada kenyataannya berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan kerap menemui masalah atau hambatan, misalnya dalam penggunaan bahasa, lambang, nilai atau norma yang sudah barang tentu berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Padahal syarat untuk terjalinnya suatu hubungan yang baik diperlukan saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu sama lain, maka mempelajari komunikasi dan budaya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan.<br />
<br />
Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Edward T. Hall berpendapat bahwa komunikasi adalah budaya, dan budaya adalah komunikasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Penerapan Prinsip Komunikasi Pada Konteks Kebudayaan</b><br />
Bagaimana jika masalah perbedaan kebudayaan dikaji dari prinsip dasar teori komunikasi? Untuk memahami komunikasi antar budaya (KAB), diperlukan pengetahuan tentang komunikasi manusia.<br />
<br />
Walaupun pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi memiliki latar belakang kebudayaan yang tidak sama antara satu sama lain, tetapi secara prinsip mereka menjalani dan mengalami hal-hal nyaris serupa yang terjadi dalam peristiwa komunikasi secara umum. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip komunikasi yang berlangsung tetap sama, hanya konteksnya saja yang berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Hakikat Pokok Komunikasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pembahasan mengenai pengertian dan hakikat komunikasi berkaitan erat dengan peninjauan atas unsur-unsur komunikasi. Unsur-unsur komunikasi selalu memiliki peranan penting dalam setiap peristiwa komunikasi. Berikut ini adalah unsur-unsur penting dalam komunikasi:<br />
<br />
a. Sumber (<i>Source</i>)<br />
Dalam hal ini adalah orang yang menjadi sumber suatu komunikasi. Hal ini terjadi karena adanya keinginan untuk membagi keadaan internal pribadi, baik yang bersifat emosional maupun informasi dengan orang lain. Kebutuhan ini bisa berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
b. Penyandian (<i>Encoding</i>)<br />
Adakalanya suatu keadaan <i>internal </i>tidak bisa dibagi bersama orang lain secara langsung, maka diperlukan simbol-simbol yang dapat mewakili keadaan internal tersebut. <i>Encoding</i> adalah suatu aktifvitas <i>internal</i> pada sumber (<i>source</i>), dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis yang berlaku pada bahasa yang digunakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
c. Pesan (<i>Message</i>)<br />
Merupakan hasil <i>encoding</i>. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol verbal atau non verbal yang mewakili keadaan khusus sumber (source) pada suatu waktu dan tempat tertentu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
d. Saluran (<i>Channel</i>)<br />
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
e. Penerima (<i>Receiver</i>)<br />
Adalah orang-orang yang menerima pesan dan terhubung dengan sumber pesan. Penerima bisa jadi orang yang dimaksud oleh sumber, atau orang lain yang kebetulan mendapatkan kontak dengan pesan yang dilepaskan oleh sumber dan memasuki saluran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
f. Penyandian Balik (<i>Decoding</i>)<br />
<i>Decoding</i> merupakan proses internal penerima dan pemberian makna kepada prilaku sumber yang mewakili perasaan dan pikiran sumber.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
g. Respons Penerima (<i>Receiver Response</i>)<br />
Merupakan apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dilakukan terhadap pesan.Respons dapat bervariasi sepanjang dimensi minimum sampai maksimum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
h. Balikan (<i>Feedback</i>)<br />
Merupakan informasi bagi sumber sehingga ia dapat menilai efektifitas komunikasi untuk selanjutnya menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.<br />
<br />
Naah.. jadi ada delapan unsur-unsur komunikasi yang baru saja kita bahas, namun unsur-unsur tersebut hanyalah sebagian saja dari faktor-faktor yang berperan selama suatu peristiwa komunikasi.<br />
Agar lebih memahami dapat dilengkapi bahan bacaannya dengan <a href="http://anacarlya.blogspot.com/2013/09/prinsip-homofili-dan-heterofili-dalam.html" rel="nofollow" target="_blank"><b>Prinsip Homofili dan Heterofili dalam Komunikasi antar Budaya</b></a> pada artikel selanjutnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
___________________________________</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: x-small;">Dodd.Carley.H. 1982. Dynamics of Intercultural Communication. Dubuque: Wm .C. Brown Company Publishers.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. 1999. Komunikasi dan Budaya. Jurnal. Jakarta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Lubis, Suwardi. 1999. Komunikasi Antar Budaya. Studi Kasus Etnik Batak Toba dan Etnik Cina. USU Press. Medan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Mulyana. Deddy dan Jalaluddin Rahmat. 1989. Komunikasi Antar Budaya. Remaja Rosdakarya. Bandung.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Mulyana. Deddy. Komunikasi lintas budaya. 2010. Rosdakarya. Bandung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Sunarwinadi.Ilya. Komunikasi Antar Budaya. Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial. Universitas Indonesia. Jakarta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Samovar,et.al. 1981. Understanding Intercultural Communication. Belmont California : Wodsworth Publishing Company.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Kohar, Wakidul, Komunitas Penengah Budaya, Membangun Sinergi Nilai Agama Dan Budaya Dalam Menghadapi Perubahan Dan Tantangan, Perspektif Mediating Cross Culture Theory. 2008</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<span style="font-size: x-small;">Kim y.y., Indochinese refugees in the state of Illinois, volume 4, psychological, social and cultural adjustment of Indochinese refugees. Chicago: travelers aid society of metropolitan Chicago. 1980.</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-38620430297253755952013-08-21T21:47:00.000+07:002013-11-12T12:03:46.181+07:00Kawasan Bebas Angka 13<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKwhi3fB_U-u7EV7k9CPmUxB8nBxZIPtcbvNB4rLYfO1-IillfY2EQJDbusNhzmJo9hawsFeloC-kc8hCbFSMkf_uwv-6BcKCcKQ9o21e0M70fyeCn3sdBhgjfdYlxPsCpaJWaDSjWiyE/s1600/1313.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Friday 13" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKwhi3fB_U-u7EV7k9CPmUxB8nBxZIPtcbvNB4rLYfO1-IillfY2EQJDbusNhzmJo9hawsFeloC-kc8hCbFSMkf_uwv-6BcKCcKQ9o21e0M70fyeCn3sdBhgjfdYlxPsCpaJWaDSjWiyE/s200/1313.jpg" title="Angka 13" width="188" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Di seantero dunia terdapat bermacam-macam kepercayaan, mitos, dan legenda, yang tidak terhitung jumlahnya. Bagi kaum rasionalis, kepercayaan-kepercayaan orang-orang tua ini seharusnya ikut mati sejalan dengan modernisasi yang merambah seluruh sisi kehidupan manusia. Namun demikiankah yang terjadi? Ternyata tidak.<br />
<br />
Di dalam tatanan masyarakat modern, kepercayaan-kepercayaan (tahayul) ini ternyata tetap eksis dan bahkan berkembang dan merasuk ke dalam banyak segi kehidupan masyarakatnya. Kepercayaan-kepercayaan ini bahkan ikut mewarnai arsitektural kota dan juga gedung-gedung pencakar langit.<br />
<br />
Sebagai contoh kecil, di berbagai gedung tinggi di China, tidak ada yang namanya lantai 13 dan 14. Menurut kepercayaan mereka, kedua angka tersebut tidak membawa hoki. Di Barat, angka 13 juga dianggap angka sial. Demikian pula di berbagai belahan dunia lainnya. Kalau kita perhatikan nomor-nomor di dalam lift gedung-gedung tinggi dunia, Anda tidak akan jumpai lantai 13. Biasanya, setelah angka 12 maka langsung ‘loncat’ ke angka 14. Atau dari angka 12 maka 12a dulu baru 14. Fenomena ini terdapat di banyak negara dunia, termasuk Indonesia.<br />
<br />
Mengapa angka 13 dianggap angka yang membawa kekurang-beruntungan? Sebenarnya, kepecayaan tahayul dan aneka mitos yang ada berasal dari pengetahuan kuno bernama Kabbalah. Kabalah merupakan sebuah ajaran mistis kuno, yang telah dirapalkan oleh Dewan Penyihir tertinggi rezim Fir’aun yang kemudian diteruskan oleh para penyihir, pesulap, peramal, paranormal, dan sebagainya [terlebih oleh kaum Zionis-Yahudi yang kemudian mengangkatnya menjadi satu gerakan politis] dan sekarang ini, ajaran Kabbalah telah menjadi tren baru di kalangan selebritis dunia.<br />
<br />
Bangsa Yahudi sejak dahulu merupakan kaum yang secara ketat memelihara Kabbalah. Di Marseilles, Perancis Selatan, bangsa Yahudi ini membukukan ajaran Kabbalah yang sebelumnya hanya diturunkan lewat lisan dan secara sembunyi-sembunyi. Mereka juga dikenal sebagai kaum yang gemar mengutak-atik angka-angka (numerologi), sehingga mereka dikenal pula sebagai sebagai kaum Geometrian.<br />
<br />
Menurut mereka, angka 13 merupakan salah satu angka suci yang mengandung berbagai daya magis dan sisi religius, bersama-sama dengan angka 11 dan 666. Sebab itu, dalam berbagai simbol terkait Kabbalisme, mereka selalu menyusupkan unsur angka 13 ke dalamnya. Kartu Tarot misalnya, itu jumlahnya 13. Juga Kartu Remi, jumlahnya 13 (As, 2-9, Jack, Queen, King).<br />
<br />
Penyisipan simbol angka 13 terbesar sepanjang sejarah manusia dilakukan kaum ini ke dalam lambang negara Amerika Serikat. The Seal of United States of America yang terdiri dari dua sisi (Burung Elang dan Piramida Illuminati) sarat dengan angka 13. Jika masih ragu, bisa dilihat rinciannya sebagai berikut:<br />
• 13 bintang di atas kepala Elang membentuk Bintang David.<br />
• 13 garis di perisai atau tameng burung.<br />
• 13 daun zaitun di kaki kanan burung.<br />
• 13 butir zaitun yang tersembul di sela-sela daun zaitun.<br />
• 13 anak panah.<br />
• 13 bulu di ujung anak panah.<br />
• 13 huruf yang membentuk kalimat ‘Annuit Coeptis’<br />
• 13 huruf yang membentuk kalimat ‘E Pluribus Unum’<br />
• 13 lapisan batu yang membentuk piramida.<br />
• 13 X 9 titik yang mengitari Bintang David di atas kepala Elang.<br />
<br />
Selain menyisipkan angka 13 ke dalam lambang negara, logo-logo perusahaan besar Amerika Serikat juga demikian seperti logo McDonalds, Arbyss, Startrek. Com, Westel, dan sebagainya. Angka 13 bisa dilihat jika logo-logo ini diputar secara vertikal. Demikian pula, markas besar Microsoft disebut sebagai The Double Thirteen atau Double[*]13, sesuai dengan logo Microsoft yang dibuat menyerupai sebuah jendela (Windows), padahal sesungguhnya itu merupakan angka 1313.<br />
<br />
Uniknya, walau angka 13 bertebaran dalam berbagai rupa, bangsa Amerika ternyata juga menganggap angka 13 sebagai angka yang harus dihindari. Bangunan-bangunan tinggi di Amerika jarang yang menggunakan angka 13 sebagai angka lantainya. Bahkan dalam kandang-kandang kuda pacuan demikian pula adanya, dari kandang bernomor 12, lalu 12a, langsung ke nomor 14. Tidak ada angka 13.<br />
<br />
Kaum Kabbalis sangat mengagungkan angka 13, selain tentu saja angka-angka lainnya seperti angka 11 dan 666. Angka ini dipakai dalam berbagai ritual malaikat mereka. Bahkan simbol Baphomet atau Kepala Kambing Mendez (Mendez Goat) pun dihiasi simbol 13. Itulah sebabnya angka 13 dianggap sebagai angka sial karena menjadi bagian utama dari ritual malaikat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
#berbagai sumber </div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-30105282583801618552013-05-04T13:24:00.001+07:002013-11-12T12:06:01.045+07:00CATATAN SEDIH SEORANG B.J HABIBIE<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhASGtijz3dl0Z_8e37_-BxqKbMJoE8lqWyBgOvDBSd6v8GwpNpWZVMjjy6wAclUGO1RMh2_U9rtDHsQXOclwL3nCYQDSHWsAPUeUF9eT_xJSj9YK5uWNx4bj3w_sRNO7xqYIwU2TTjDyo/s1600/BJ.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Habibi Ainun" border="0" height="176" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhASGtijz3dl0Z_8e37_-BxqKbMJoE8lqWyBgOvDBSd6v8GwpNpWZVMjjy6wAclUGO1RMh2_U9rtDHsQXOclwL3nCYQDSHWsAPUeUF9eT_xJSj9YK5uWNx4bj3w_sRNO7xqYIwU2TTjDyo/s200/BJ.jpg" title="B.J Habibie" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...<br />
<br />
Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya, Adri Subono, juragan Java Musikindo.<br />
<br />
Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President &amp; CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.<br />
<br />
Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.<br />
<br />
Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).<br />
<br />
Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?<br />
<br />
Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.<br />
<br />
Dalam video tsb, tampak hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN.<br />
<br />
Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250.<br />
<br />
N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan………………<br />
<br />
Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb:<br />
<br />
“Dik, anda tahu…………..saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “Dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan……………..<br />
<br />
“Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, …….itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur………Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara.<br />
<br />
Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara.<br />
<br />
Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia.<br />
<br />
Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN”.<br />
<br />
“Sekarang Dik,…………anda semua lihat sendiri…………..N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini.<br />
<br />
Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?”<br />
<br />
Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.<br />
<br />
“Dik tahu…………….di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia………….”<br />
<br />
“Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa…………….”<br />
<br />
“Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua…………………?”<br />
<br />
“Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun”.<br />
<br />
“Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”<br />
<br />
Pak Habibie menghela nafas…………………..<br />
<br />
***<br />
<br />
Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;<br />
<br />
Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang).<br />
<br />
Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin.<br />
<br />
Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG).<br />
<br />
Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop.<br />
<br />
N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.<br />
<br />
Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama……………..<br />
<br />
N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu………bahkan hingga kini.<br />
<br />
Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir………….kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.<br />
<br />
***<br />
<br />
Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya………………..<br />
<br />
“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.<br />
<br />
“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,<br />
<br />
Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten? C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis? D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!”<br />
<br />
Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:<br />
<br />
“Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik………….organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik………………”<br />
<br />
Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu ………………………<br />
<br />
“Dik, ……….saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ………..ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.<br />
<br />
Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya…………saya mau kasih informasi……….. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu……………………”<br />
<br />
Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam…………… seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.<br />
<br />
Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan……………………<br />
<br />
“Dik, kalian tau……………..2 minggu setelah ditinggalkan ibu…………suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu……… Ainun……… Ainun …………….. Ainun …………..saya mencari ibu di semua sudut rumah.<br />
<br />
Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…………..’ mereka bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie’.<br />
<br />
Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;<br />
<br />
1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!<br />
<br />
2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus……………<br />
<br />
3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.<br />
<br />
Saya pilih opsi yang ketiga……………………….”<br />
<br />
Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) …………………. ia melanjutkan pembicaraannya;<br />
<br />
“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun…………..dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia…….<br />
<br />
Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat…………. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”<br />
<br />
Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata…………………………<br />
<br />
Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;<br />
<br />
“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui…………………<br />
<br />
Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang….. (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing).<br />
<br />
Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.<br />
<br />
Dik, asal you tahu…………semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.<br />
<br />
Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.<br />
<br />
Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif……………….”<br />
<br />
***<br />
Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.<br />
<br />
Jakarta, 12 Januari 2012<br />
<br />
Salam,<br />
Capt. Novianto Herupratomo<br />
<br />
***<br />
Cerita itu saya kutip dari notes facebook disini, sebuah renungan yang seharusnya menjadi perhatian bagi kita. Betapa menyedihkan sebuah bangsa yang tak pernah menghargai orang berilmu! Tak pernah memberi kesempatan kepada anak bangsa untuk menjadikan bangsanya mandiri! Entah ada apa dengan negara ini…! Entah dimana mata dan telinga para penguasa diletakkan!</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-83842797254758123422013-04-26T16:39:00.000+07:002013-11-12T12:05:35.905+07:00Jalan Panjang "Sang Penyeru"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiRBJbzAX78qzJdvVxHVkuaOO41kh0dztxQrfk9gaal5OUAkDraIo1bCci9T0CVeka9nB-XZWzc9Yb3AyeBv1nvAsje99BhSMTsxMHxPbkV7e39GqHVPHcsfwgKSckVyRsI3w9UWZbxfM/s1600/uje.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ustad Jefri" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiRBJbzAX78qzJdvVxHVkuaOO41kh0dztxQrfk9gaal5OUAkDraIo1bCci9T0CVeka9nB-XZWzc9Yb3AyeBv1nvAsje99BhSMTsxMHxPbkV7e39GqHVPHcsfwgKSckVyRsI3w9UWZbxfM/s200/uje.jpg" title="Ustad Jefri" width="200" /></a><br />
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ<br />
<br />
<i>“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia-lah Tuhan Yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana” (QS Ibrohim, 14: 4) </i><br />
<br />
Kawan, Rasul-rasul diutus ke muka bumi sebagai pengemban risalah tauhid, menyebarkan kabar gembira dan memberikan peringatan. Mereka datang menyerukan kebenaran dengan bahasa kaumnya masing-masing. Hal itu semata-mata agar dakwah tersebut dapat dengan mudah dipahami, diresapi, dan diterima.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Jikalau kita menelusur kembali lika-liku jalan dakwah para Nabi dan Rasul, maka akan kita dapati sebuah kisah panjang perjuangan, penolakan, dan penindasan. Hal itu merupakan konsekwensi dari suatu peran yang tengah mereka jalani, sebagai Nabi dan Rasul. <br />
<br />
Di zaman yang jauh dari sumber asal, jauh dari "sang penunjuk jalan", dan penuh dengan fitnah yang bertebaran bagaikan udara yang meliputi, sungguh kita dihadapkan pada kondisi yang benar-benar menguji peran kita sebgai "da'i". Tak ada yang bisa mengelak dari peran yang telah diamanahkan sang pemberi amanah, tak ada yang bisa lari dan bersembunyi, meskipun kebanyakan kita tak ambil peduli, berlagak tuli, bahkan tak jarang berbalik menyerang identitas sendiri, yang seharusnya kita pikul dipundak ini.<br />
<br />
Laksana matahari terbit dan tenggelam dimakan peradaban zaman, begitu juga nasib sang penyeru. Ia lahir dari rahim timur, dan berakhir ditelan samudera di ufuk barat sana. Singkat memang, bahkan singkat sekali untuk sebuah perjalanan panjang ini. Perjalanan panjang yang tak semua orang berani menapakkan kaki di landasan penuh duri. Yang lahir, tumbuh dan berkembang, lalu dan lalang setiap hari banyak memang., tapi yang mengelak dari peran ini terlalu banyak dibanding yang mau mengemban...<br />
<br />
Jikalau jalan panjang itu tak selalu berbuah manis,,</div>
<div style="text-align: justify;">
Jikalau landasan itu demikian sesak penuh duri,,<br />
Masih adakah yang rela berlari?<br />
Dalam terpaan badai caci dan maki?<br />
<br />
Terkadang kita terlalu sibuk mengumbar aib "sang penyeru",,<br />
Yang juga manusia, takkkan pernah luput dari salah..<br />
<br />
Tak pernahkah kita sedikit merenung? <br />
Atau sekedar berkhayal?<br />
Sanggupkah kita melangkah di sana?<br />
Jalan panjang berduri, dicaci, dimaki,<br />
Dihimpit oleh berton-ton beban dipundak ini?<br />
<br />
Kawan, pada akhirnya kita melihatnya,,<br />
Tak penting bagaimana kau memulai sebuah jalan itu,,<br />
Selagi kau berusaha, kau akan tiba jua di akhirnya..<br />
<br />
Tak terlalu penting pijakan pertamamu itu keliru,,<br />
Selagi kau mampu kembali, DIA tetap menerimamu..<br />
<br />
Dan, hari ini,,<br />
Setidaknya menjadi sebuah penjelasan yang menjawab tanya..<br />
Tanya yang mungkin takkan terpuaskan..<br />
Yang akan terus dicari...<br />
<br />
Copas dari <a href="http://www.fathurrizqi.com/" rel="nofollow" target="_blank">Fathurrizqi </a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-55774389897899702052013-04-20T12:41:00.002+07:002013-11-12T12:06:52.299+07:00Ibu, Ku Jeput Kasihmu Kembali di Lorong Waktu yang Tak Terduga (Part 1)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPJd79a4j2MtoA1vqv1W7W6gGwubsIyQKRi9nIu4dOnfbsuxcbUAvJBedJcrJm8hq0lGq2hfk_SBJlQsTzwbmG32aEtuvgvRPCDiAvlvh2FvhJXnGxF3ZEqu6ZVd2Y5sjcb8KquyjN4C4/s1600/CLWTL.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP_aMEUoRe4Vm8MNPJRbqTwcGugrFoDLVKvGY0wR1U9Q0BXaVIl86VsHOIpQs9IfgN97WK1G43JbMh2H4TLVdSvvc7GkLa2t3381lkGa8XGyag0G4HmB9A1o3vT3vmoVBWieMrQwl15c0/s1600/buMilaaa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Mendidik Anak" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP_aMEUoRe4Vm8MNPJRbqTwcGugrFoDLVKvGY0wR1U9Q0BXaVIl86VsHOIpQs9IfgN97WK1G43JbMh2H4TLVdSvvc7GkLa2t3381lkGa8XGyag0G4HmB9A1o3vT3vmoVBWieMrQwl15c0/s200/buMilaaa.jpg" title="Mengaji" width="198" /></a></div>
Sore itu cuaca begitu cerah, <i>awan stratus</i> putih tampak tersenyum dalam rangkulan langit seolah-olah memberi pertanda bahwa hujan tidak akan turun sore itu.<br />
<br />
Dari sebuah bilik kamar terdengar suara,, <i>Milaaa.. cepat kemasi barang-barangmu, jangan sampai kita ketinggalan bus, nak</i>. Suara itu terdengar begitu tegas namun penuh kasih. <i>Ya Buuu,. ini sudah hampir selesai</i>, jawab Mila dengan cepat. Sore itu adalah sore yang di tunggu-tunggu seorang ibu karena akan mengantarkan anaknya ke sebuah kota, kota yang sudah menjadi pilihannya untuk anaknya, MILA. Mila adalah anak kedua dari empat bersaudara. Mereka tinggal di sebuah desa yang tidak begitu jauh dari kota, sebuah desa kecil dengan tatanan kehidupan yang masih terbilang tradisional dengan norma-norma adat yang mengakar kuat. Selayaknya suatu perkampungan tradisional, infrastruktur publik seperti pendidikan dan kesehatan merupakan hal yang mahal dan sulit ditemui di desa ini.<br />
<br />
# <i>Ibu dan Mila berangkat ya,, Di</i>. <i>Tolong kamu jaga adekmu Rahma, dan jangan lupa kalau hari sudah sore semua ayam tolong kamu masukan kedalam kandang-kandangnya. Hati-hati kamu dan adekmu di rumah mungkin Ibu besok baru sampai kembali.</i> Adi merespon dengan cepat apa yang dikatakan ibunya, <i>ya Bu, Adi dan Rahma akan hati-hati di rumah, Ibu dan Milaa juga yaa,, dan tolong Ibu berikan titipan Adi ini kepada Mila sesampai disana ya Bu</i>. Adi meraih tangan Ibunya, <i>ini titipan Adi untuk Mila, Bu</i>. Sebuah amplop berukuran kecil yang sudah dilipat begitu rapi.^^^<br />
<br />
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Mila dan ibunya menuju pool bus tujuan mereka. Mila duduk di samping ibunya dengan memakai baju gamis sederhana bewarna biru muda dan balutan jilbab putih yang membalut tubuh dan hatinya yang sedang didera beribu pertanyaan hingga saat dia duduk di dalam bus tujuan kota Solo. Ya,, sebuah kota yang akan dituju Mila dan ibunya. Mila baru saja menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di desanya. Mila adalah anak yang cerdas, ini terbukti dari nilai ijazahnya yang nyaris sempurna. Sifatnya yang sederhana, ceria dan tegas menunjukkan bahwa Mila adalah wanita yang mandiri. Ketegasan sifatnya adalah turunan dari ibunya yang lima tahun terakhir ini mengikhlaskan hidupnya menjadi seorang janda, karena sang suami lebih dahulu dipanggil oleh yang Maha Kuasa.<br />
<br />
Sehari- hari Ibu Mila bekerja sebagai petani dan juga beternak ayam kampung, kadang-kadang menjahit pakaian kalau ada pesanan jahit untuk menghidupi empat orang anaknya. Anak sulungnya bernama Rahmat Surya yang sedang menepuh pendidikan di salah satu Universitas terkenal yang berada di Egypt. Surya menjadi salah satu yang beruntung mendapat kesempatan belajar di sana berkat beasiswa yang diperolehnya sewaktu bersekolah di MAPK di kota kelahirannya. Anak keduanya bernama Muhammad Adi juga sedang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Program Unggulan. Dan yang terakhir si bungsu Nilam Rahma kelas 5 Madrasyah Ibtidai’yah Negeri (MIN) yang tampil menjadi siswa teladan serta langganan juara umum. Ibu Mila adalah sosok wanita zaman dahulu, namun memiliki pemikiran jauh ke depan. Di saat lingkungannya begitu meremehkan tentang pendidikan, Ibu Mila lah wanita yang begitu tegas menentang hal itu. Hanya sebuah konsep sederhana yang dipakai oleh Ibu Mila bahwa apa yang sedang dirasakannnya sekarang tidak boleh terjadi pada anak-anaknya. <br />
<br />
##Bus terus berjalan menuju tujuan seolah-olah tanpa ada yang bisa memberhentikan kecuali lampu merah. Tangan Mila terus merangkul tasnya, sembari melihat ke luar jendela memperhatikan gugusan pegunungan dan pepohonan hijau yang berbaris dipinggir jalan, menikmati perjalanan pertamanya.<br />
<br />
<i>Nak,,</i> Ibu Mila memanggil dengan lembut, sambil menyodorkan botol plastik berisi air putih, <i>minumlah kamu hauskan</i>?? Mila meraih botol itu akan tetapi tidak langsung meminumnya. <i>Buuu,, </i>Mila menatap Ibunya, <i>Bu???, Mila masih ragu dengan semua ini, bagaimana dengan Beasiswa Milaa, Bu??.</i> Akan tetapi Ibu Milaa hanya menatap Mila dengan penuh kasih seolah tidak merisaukan apa yang barusan diucapkan anaknya. <i>Istirahat lah, Nak perjalanan kita masih jauh</i>. Gumam ibunya,, Ibu Milaa pun langsung menyandarkan tubuhnya yang kurus, tubuh yang terbiasa dengan terik matahari, tubuh yang telah bersahabat dengan getirnya kehidupan. Namun kekuatan tubuh itu adalah kekuatan tubuh seorang Ibu yang sedang mengantarkan anak-anaknya ke pintu <i>Jannah.</i><br />
<br />
# <i>Milaa,, ayo turun nak Alhamdulillah kita sudah sampai.</i> Mila pun tersentak dan menyusap matanya karena dia benar-benar tertidur dalam perjalanan panjang itu. <i>Maaf Pak,</i> Ibu Mila menghampiri salah seorang pedagang di tempat pemberhentian Bus. <i>Pak Saya mau bertanya mobil untuk menuju Desa Papan Tiris dimana ya Pak?</i> Bapak itu dengan sigap menjawab,<i> ibuk naik mobil warna biru itu dan tidak jauh dari sini ibu akan menemukan plang bertuliskan Selamat Datang Di Desa Papan Tiris</i>. <i>Terima kasih banyak </i>jawab ibu Mila, dan mereka pun terus berlalu. Sesaat kemudian, <i>Buuu</i>!! suara Mila mengagetkan ibunya.<i> Itu tulisan Selamat Datang Di Desa Papan Tiris, ayoo kira turun Bu</i>. <i>Ya nak</i>,, jawab ibunya.<br />
<br />
Hanya dengan berjalan kaki sejenak dari pemberhentian mobil tersebut Mila dan Ibunya disuguhi sebuah bangunan yang masih menggunakan arsitek perpaduan zaman. Sebuah bangunan sederhana yang kental dengan hawa kenyaman, diapit oleh gunung dan udara yang sejuk. Sebuah papan kecil bertuliskan PONDOK PESANTREN AL HIKMAH.<br />
<br />
# Jantung Mila berdegup kencang ketika mengetahui bahwa perjalanan panjang yang dilaluinya dengan ibunya adalah perjalanan menuju sebuah Pondok Pesantren. Tidak pernah terbesit dan terlintas di benaknya bahwa beberapa tahun ke depan dia akan berada disini. Mila meremas-remas ujung jilbabnya sambil meneteskan air mata dan bergumumam dalam hati,, <i>Ibbuuuu??? Apa Milaa akan sekolah di sini, Ibbuu???</i> <i>Apa Ibu tahu ini tidak Mila inginkan, ini tidak Mila harapkan. Ibuu?? Mila lulusan terbaik, Bu!! nilai ijazah Mila nyaris sempurna Bu,, mengapa Ibuu tega mengirim Mila ke sini??</i><br />
<br />
<i>Terima kasih banyak ya ustad dan ustazah telah mau membantu saya. Ini anak saya Mila Rahma akan bersama ustad dan usdtazah di sini.</i> <i>Tolong bina dan didik dia karena saya tidak bisa sering mengunjunginya kesini. Buuu??</i> Mila kemudian menarik tangan ibunya ke pojok ruangan meninggalkan ustad dan ustazah tadi.<i> Ibuu?? Apakah Mila akan sekolah di sini, bu? bu daripada di sini lebih baik Mila mengambil undangan beasiswa sama dengan bang Adi. Mila tidak mau di sini, Bu</i>!!<br />
<br />
Mendengar rengekan anaknya, Ibu Mila meraih tangan Mila kemudian berusaha merapikan jilbab yang dikenakan Mila. <i>Nak, maafkan Ibu kalau ini menurutmu bukan tempat yang terbaik, bukan tempat pendidikan yang kamu inginkan, akan tetapi inilah tempat yang akan membuatmu melakukan hal yang sama dengan Ibu ketika kelak kamu menjadi seorang ibu.</i> Ibu mencium kening Mila lalu berbisik lembut di telinga anaknya, <i>Ibu pamit pulang nak, jaga dirimu dan agamamu</i>.<br />
<br />
# <i>Maaf Pak, nanti saja hubungi saya. Sekarang saya sedang menjadi narasumber Seminar Internasional di Thailand</i>, jawab Surya sembari menutup ponselnya. Selang beberapa saat ponselnya berbunyi kembali, di layar ponsel tertulis "Ibu memanggil", surya bergumam dalam hatinya, <i>ini dari Ibu.</i> <i>Surya anakku, </i>suara yang khas begitu lembut mengalun jauh terdengar<i>. Ya Buu, ada apa Bu, </i>jawab surya.<i> Kapan kamu balik ke rumah?? Dua hari lagi kita akan menghadiri acara adikmu Mila, Mila sudah menyelasaikan kuliah spesialis bedah. Kamu bisa menghadirinya, Nak???</i><br />
<br />
Mila Rahma,, apa yg terjadi?? Sepuluh tahun silam sewaktu ibunya mengantarkan Mila ke salah satu Pondok Pesantren di kota Solo, Mila begitu tidak menginginkannya, apa yang titipan abangnya yang terselip di dalam amplop putih itu?? Hhmmmmm,, sekarang Mila Rahma itu telah bermetamorfosis menjadi Dokter Spesialis Bedah dan seorang Hafizah.<br />
(Bersambung) </div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-12778479418575363482013-04-13T22:17:00.001+07:002013-11-12T12:07:27.360+07:00Media Dakwah Dalam Perspektif Al-Quran Dan Hadits<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="_38 direction_ltr" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBDMwhz7VW-ssy12ooazTJSqfXZKFDk5ZqsDhL0fjDLedPt1NeQMDceTYmsqnghTqNmZv1WcyzYGlcnTFLrSOUsbKFrDBUHkvuf3Uz1wQ7_3L040ZkIXWICwGuu99vjRT01AY1bBUByqI/s1600/dakwa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Manajemen Dakwah" border="0" height="176" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBDMwhz7VW-ssy12ooazTJSqfXZKFDk5ZqsDhL0fjDLedPt1NeQMDceTYmsqnghTqNmZv1WcyzYGlcnTFLrSOUsbKFrDBUHkvuf3Uz1wQ7_3L040ZkIXWICwGuu99vjRT01AY1bBUByqI/s200/dakwa.jpg" title="da'awa study" width="200" /></a></div>
Written By: Mega Sufriana, MA<br />
<br />
A. Pendahuluan<br />
<br />
Tujuan
dakwah sebagai komunikasi adalah memberi informasi tentang agama Islam,
tujuan ini bukanlah tujuan final. Perkembangan antara tabligh dan dakwah
tidaklah berakhir dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Tabligh dan dakwah
itu terus berlangsung selama masih berdiri langit dan bumi, untuk
menyampaikan informasi mengenai agama Islam, agar semua orang memperoleh
pengetahuan tentang agama Islam dan mengerti tentang Islam. <br />
<br />
Sebagai
bukti mengerti tidaknya umat ini dengan Islam adalah akan terlihat
mereka melakukan kebaikan dan meninggalkan perbuatan tercela. Tidak
hanya sebatas itu, akan tetapi kebaikan itu juga akan berimbas
kepada keluarga dan masyarakat. Adapun tujuan final dari dakwah tersebut untuk
mencapai keselamatan dan kesentosaan manusia di dunia ini dan di akhirat
nanti. <br />
<br />
Media dakwah adalah salah satu komponen dakwah yang
perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut. Atas dasar itulah, saya
berusaha mengemukakan pembahasan media dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Hadits.<br />
<br />
B. Pembahasan<br />
<br />
1. Pengertian Media<br />
<br />
Kata media berasal
dari bahasa latin, median yang merupakan bentuk jamak dari medium.
Secara etimologi berarti alat perantara. Menurut Wilbur Schram
mendefenisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan
dalam pengajaran. Secara khusus yang dimaksud dengan media dakwah
adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran,
seperti buku, film, video, kaset, slide dan sebagainya. <br />
<br />
Menurut <b>
Hamzah Ya’cub, </b>media dakwah adalah alat objektif yang menjadi saluran,
yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan
merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah. Sementara itu, <b>Wardi Bachtiar</b> dalam <b>Samsul Munir Amin</b> menjelaskan bahwa media dakwah merupakan perantara
yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima materi
dakwah. Media yang dimaksud bisa jadi televisi, video, kaset,
rekaman, majalah, dan surat kabar. <br />
<br />
Dari beberapa pendapat para ahli
di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa media dakwah adalah sarana atau alat untuk
mempercepat ide-ide dakwah agar dapat dipahami dan diterima oleh<i> mad’u</i>. Oleh karena itu, media dakwah perlu menjadi perhatian para pelaksana
dakwah. Kepiawaian juru dakwah dalam memilih media dakwah yang tepat
akan mempermudah penyampaian dakwah.<br />
<br />
2. Bentuk-Bentuk Media Dakwah<br />
<br />
Ditinjau
secara tekstual/eksplisit, memang tidak ditemukan ayat atau hadits yang
membicarakan tentang media atau alat apa saja yang dapat digunakan
untuk menyampaikan dakwah, tetapi secara kontekstual/implisit banyak
isyarat al-Qur’an tentang masalah media ini. <b>Hamzah
Ya’cub</b> mengelompokkan media dakwah kepada lima macam yaitu sebagai
berikut:<br />
<br />
a. Lisan<br />
<br />
Di antara media lisan adalah khutbah,
nasehat, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah dan lain-lain. Dalam al-Qur’an ditemui isyarat tentang media lisan ini,
antara lain Dalam Q.S. al-A’raf ayat 158.<br />
<br />
<i>Artinya: Katakanlah:
"Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu
Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk."</i> <br />
<br />
Dalam surat Yusuf ayat 4:<br />
<i><br />Artinya:
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku."</i><br />
<br />
Dan dalam surat Al-Baqarah ayat 104<br />
<i><br />Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad):
"Raa'ina", tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". Dan bagi
orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.</i><br />
<br />
Dalam beberapa ayat
tersebut dinyatakan bahwa para Nabi telah menyampaikan dakwahnya pertama
kali dengan menggunakan media lisan secara langsung. Termasuk dalam
kelompok ini khutbah, ceramah, nasehat, pidato, dan
sebagainya, yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau suara.<br />
<br />
Menurut
<b>Abdul Karim Zaidan</b> dalam <b>Salmadanis</b>, media lisan atau bahasa adalah
media pokok dalam menyampaikan dakwah Islam kepada orang lain. Di antara
media lisan tersebut adalah khutbah, nasehat, pidato, ceramah, kuliah
diskusi, seminar, musyawarah dan lain sebagainya.<br />
<br />
b. Tulisan<br />
<br />
Dakwah
dengan cara tulisan adalah dakwah yang dilakukan dengan perantara
tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah,
kuliah-kuliah tertulis, pamflet, pengumuman tertulis, spanduk dan lain-lain. Secara langsung memang tidak ditemui dalam Al Quran anjuran
menggunakan media tulisan sebagai alat dakwah, tetapi secara tersirat
dapat dipahami dari satu surat yangterdapat dalam al-Quran, yaitu surat Al Qalam. Dalam surat
tersebut dinyatakan bahwa Allah SWT bersumpah dengan huruf nun, sebagai
isyarat terpenting tentang peran huruf, pena dan tulisan dalam
pelaksaan dakwah islamiyah. Hal ini dapat lebih dipahami dengan
menelaah surat Al Qalam ayat 1.<br />
<br />
<i>Artinya: Nun, demi kalam dan apa
yang mereka tulis, dan juga dapat lebih diperkuat dengan memahami surat
Al Alaq: 1-5. Rasulullah telah memberi contoh dengan memerintahkan
menulis surat yang ditunjukkan kepada kepala-kepala negara yang bukan
Islam untuk menyeru mereka agar menerima Islam, seperti surat Beliau
kepada Kisra di Persia, Hercules di Bizantium, Mauqaqis di Mesir dan
Negus di Ethiopia. Surat Rasulullah itu antara lain berbunyi, “Saya
mengajak tuan memperkenankan panggilan Allah, peluklah Islam supaya tuan
selamat”. </i><br />
<br />
Ini menunjukkan bahwa dakwah Rasulullah selain
dilaksanakan dengan metode lisan juga dengan tulisan (surat).<br />
<br />
c. Lukisan<br />
<br />
Metode seperti ini berupa gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film, cerita dan sebagainya.
Media ini memang banyak menarik perhatian orang dan banyak dipakai untuk
menggambarkan suatu maksud ajaran yang ingin disampaikan kepada orang
lain, namun sulit ditemukan isyaratnya dalam al quran.<br />
<br />
d. Audio visual<br />
<br />
Metode Audio Visual adalah suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan
pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam media televisi dan jenis
media lainya. Sama juga halnya dengan media nomor 3, tidak begitu jelas
diungkapkan dalam Al-Qur’an, barangkali karena Audio visual ini tidak
ditemukan di masa Nabi, dengan kata lain media ini adanya pada zaman
modern seperti sekarang ini. <br />
<br />
Menurut penulis, dakwah yang
disampaikan melalui media televisi sangatlah efektif dan mudah untuk
masyarakat. Penulis berpendapat bahwa dakwah yang disampaikan lewat
televisi jangkauannya sangat luas dan tidak terbatas, pada saat ini bisa
dikatakan seluruh masyarakat memiliki media ini, jadi dengan mudah
mereka bisa menyaksikan dakwah yang disampaikan seseorang <i>da'i</i> tanpa
harus pergi ke tempat dimana <i>da’i</i> tersebut sedang berdakwah. Misalnya dakwah yang
disampaikan oleh Bapak <b>Quraish Shihab, K.H. Zainuddin Mz</b>, dan lain-lain.
<br />
<br />
Alasan lain penulis berpendapat bahwa media televisi sangat
efektif sebagai media dakwah adalah karena praktis, semua orang bisa
menikmatinya, lain halnya dengan media dakwah melalui media cetak yang
dominan menikmatinya hanya golongan pelajar, orang-orang muda, bagi
orang yang lanjut usia maka agak sulit untuk menikmatinya secara
optimal, ditambah lagi semangat membaca masyarakat sangat kurang.<br />
<br />
e. Akhlak<br />
<br />
Akhlak
di sini ialah perilaku yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat
dijadikan media dakwah dan sebagai alat untuk mencegah orang dari
berbuat kemungkaran, atau juga yang mendorong orang lain berbuat ma’ruf,
seperti membangun masjid, sekolah atau suatu perbuatan
yang menunjang terlaksananya syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat.<br />
<br />
Dalam Al Quran masalah ini banyak disinggung antara lain dalam surat Al-A’raf ayat 199 yaitu sebagai berikut:<br />
<br />
<i>Artinya: Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. </i><br />
<br />
Kemudian dalam Surat Luqman ayat 17 yaitu sebagai berikut:<br />
<br />
<i>Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). </i><br />
<br />
Selanjutnya dalam Surat Al-Ahqaf ayat 35 :<br />
<br />
<br />
<i>Artinya:
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada
mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat
pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak
dibinasakan melainkan kaum yang fasik.</i><br />
<br />
<br />
Dalam Surat Hud ayat 88<br />
<i><br />Artinya:
Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai
bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya
rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak
berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku
tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan
(pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya
kepada-Nya-lah aku kembali. </i><br />
<br />
Dan Surat Al-Shaf ayat 2-3<br />
<br />
<i>Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. </i><br />
<br />
Ayat-ayat di atas
mencerminkan akhlak yang mesti dimiliki oleh seseorang juru dakwah dalam
upaya meyakinkan orang lain kepada ajaran Islam. Mayoritas penganut
Islam mempunyai kecendrungan melihat kepada sosok figur. Bila figurnya
tidak mempunyai moral, para audiens akan meninggalkannya. Pada sisi
lain, media dakwah yang proposional dalam fenomena masyarakat adalah
terletak pada sikap dan prilaku para <i>da’i</i>. Figur Muhammad
SAW bukan hanya terletak pada keahliannya, akan tetapi akhlaknya yang dapat
dijadikan panutan, ikutan bagi umatnya.<br />
<br />
f. Budaya<br />
<br />
Di samping hal
di atas budaya juga dapat dijadikan sebagai media dakwah. Misalnya Aceh
dengan kebudayaan atau seninya. Dimana kita ketahui Aceh dengan kesenian
tari seribu tangan yang dimilikinya. Karena menurut sejarah orang Aceh,
pada zaman dahulu, tari zaman digunakan untuk menyampaikan ajaran-ajaran
agama Islam kepada masyarakat. Begitu juga dengan Minangkabau dengan
budaya yang dimilikinya, semuanya bisa dijadikan media untuk berdakwah,
salah satunya rabab, bila kita perhatikan bahwa dalam lantunan rabab
selain berkisah tentang adat istiadat minangkabau yang harus
diikuti, juga terselip nasehat-nasehat agama yang harus kita amalkan.<br />
<br />
C. Kesimpulan<br />
<br />
Secara
tekstual di dalam Al Quran dan hadits memang tidak ditemukan ayat atau
hadits yang membicarakan media dakwah, namun demikian, media
dakwah tetap menjadi salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan
dakwah.<br />
<br />
Secara filosofi, media dakwah tidak dapat dipisahkan dengan pribadi juru
dakwah dan komponen lainnya. Apabila salah satu tidak mendukung, maka
proses dakwah tidak akan diproses dan dipahami dari penyelenggaraan
dakwah. Kepiawaian juru dakwah dalam memilih media yang tepat akan
mendukung proses dakwah terlaksana dengan baik. Secara umum ada beberapa
media dakwah yang terinspirasi dari Al Quran dan hadits, di antaranya:<br />
<br />
1. Lisan seperti melalui ceramah, khutbah dan lain sebagainya.<br />
2. Tulisan, seperti melalui buku,artikel, karya ilmiah, surat, surat kabar, majalah, dan lain-lain,<br />
3. Lukisan, seperti seni lukis, foto dan lain sebagainya,<br />
4. Audio visual, seperti melalui radio, telivisi, internet, musik dan lain-lain,<br />
5. Akhlak, dan<br />
6. Seni atau budaya<br />
<br />
Dari
model-model media ini, bila dimanfaatkan secara maksimal oleh seorang
<i>da’i</i>, maka isya Allah pelaksana dakwah akan lebih mudah diterima
masyarakat atau objek dakwah, tentunya dengan kecermatan <i>da’i</i> dalam
menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi. <i>WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB</i><br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Hamzah Ya’cub, Publisistik Islam Teknik Dan Leadership, Bandung: Diponegoro, 1986<br />
<br />
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009<br />
<br />
Salmadanis, Filsafat Dakwah, Jakarta: Surau, 2003, cet. Ke-2, Metode Dakwah Perspektif Al-Qur’an, Padang: Hayfa Press, 2010<br />
<br />
Muhammad Sulton, Desain Ilmu Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Walisongo Press, 2003</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-12132639197110601502013-04-12T22:58:00.000+07:002013-11-12T12:07:51.194+07:00Mengenal Metode Dakwah; Metode Mujadalah al-Lati Hiya Ahsan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLEvqFYy6nHuBvhgT2leFemUykbxQTb69QaqD4SuE_UuUM4OvAOwxsh1tBRWLRGNLVR9q8lCtrDcPbqKg2jTeziaOBgRTA7vajZmcFN45py8MsO5OIFRViME0G3-belY3A9ZooKwCYszA/s1600/mtddd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Juru Dakwah" border="0" height="199" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLEvqFYy6nHuBvhgT2leFemUykbxQTb69QaqD4SuE_UuUM4OvAOwxsh1tBRWLRGNLVR9q8lCtrDcPbqKg2jTeziaOBgRTA7vajZmcFN45py8MsO5OIFRViME0G3-belY3A9ZooKwCYszA/s200/mtddd.jpg" title="Juru Dakwah" width="200" /></a></div>
3. Metode Mujadalah al-Lati Hiya Ahsan dan Modelnya<br />
<br />
Secara etimologi kata <i>mujadalah</i> berarti <i>munaqasyah</i> dan <i>khashamah</i> (diskusi dan perlawanan), atau metode dalam berdiskusi dengan mempergunakan logika yang rasional dengan argumentasi yang berbeda. <i>Jâdala</i> (dengan memanjangkan huruf "ja") artinya berbantah-bantah, berdebat, bermusuh-musuhan, bertengkar. Kalau dibaca <i>jadala</i> (tanpa memanjangkan huruf "ja") artinya memintal, memilin, atau dapat juga dikatakan berhadapan dalil dengan dalil. Sedangkan <i>mujadalah</i> diartikan dengan berbantah-bantahan dan memperundingkan, atau perundingan yang ditempuh melalui perdebatan dan pertandingan, atau penyimpangan dalam berdiskusi dan kemampuan mempertahankannya.<br />
<br />
Sedangkan menurut istilah, terdapat beberapa pendapat di kalangan ulama antara lain; <b>Ibnu Sina (980-1037M)</b> sebagai dikutip oleh <b>Zâhiri ibn ‘Iwâd al-Alama’î,</b> berpendapat bahwa makna <i>jidal</i> ialah bertukar fikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan bicara. Sedangkan menurut <b>al-Jurjani</b>, <i>jidal</i> adalah mengokohkan pendapatnya masing-masing dan berusaha menjatuhkan lawan bicara dari pendirian yang dipeganginya. Sedangkan <b>Abi al-Biqai</b> dalam <b>Muhammad Abu al-Fatah al-Bayanuni</b>, <i>jidal</i> dimaknai dengan ungkapan dalam penolakan kepada seseorang dengan cara membantahnya karena rusaknya perkataan dengan suatu hujjah.<br />
<br />
Memperhatikan pengertian di atas, maka ditemukan dua bentuk <i>jidal</i>, yaitu <i>jidal</i> yang terpuji dan yang tercela. Adapun <i>jidal</i> yang terpuji bertujuan untuk menegakan dan membela kebenaran, dilakukan dengan <i>ushlub</i> yang benar dan relevan dengan masalah yang dijadikan pokok bahasan. Sedangkan <i>jidal</i> yang membawa kepada kebatilan, maka<i> jidal</i> seperti itu adalah tercela. Terkait adanya <i>jidal</i> yang tercela, maka al-Qur’an mengatur <i>jidal </i>tersebut dengan cara yang lebih baik, sejalan dengan pendekatan dakwah yang ditetapkan oleh nash, karena cara ini merupakan pendekatan metode akal yang paling konkrit dan diekspresikan dalam bentuk diskusi, perbandingan, percakapan dan istilah lain yang menunjukan kepada makna tersebut berdasarkan tempatnya.<br />
<br />
Sedangkan dalam memahami kata <i>mujadalah</i> dalam surat al-Nahl 125 adalah dengan arti berbantah-bantahan, sebab jika diambil arti bermusuh-musuhan, bertengkar, memintal dan memilin, tampaknya tidak memenuhi apa yang dimaksud oleh ayat tersebut secara keseluruhan. Agaknya bila diambil dari kata <i>mujadalah</i> tesebut, secara lugas, untuk memahami dakwah, maka pengertiannya akan menjadi negatif, akan tetapi setelah dirangkai dengan kata <i>hasanah</i> (baik), maka artinya menjadi positif. Dalam hal ini <b>Muhammad Khair Ramadhan Yusuf</b> mengemukakan bahwa <i>mujadalah al-lati hiya ahsan</i> ialah: "ungkapan dari suatu perdebatan antara dua sudut pandangan yang bertentangan untuk menyampaikan kepada kebenaran yang kebenaran tersebut bertujuan membawa kepada jalan Allah Swt."<br />
<br />
Akar kata (j, d, l) dalam al-Qur’an ditemukan sebanyak 29 kali dalam berbagai bentuk dan tersebar dalam 15 surat, yaitu surat <i>Makkiyah</i> sebanyak 10 surat dan <i>Madaniyah</i> 5 surat. <i>Jidal</i> yang berkaitan dengan bahasan ini ternyata didapati 10 kali berada pada surat <i>Makkiyah </i>dan 5 kali pada surat <i>Madaniyah</i>. Indikasi ini menunjukan bahwa metode dakwah <i>mujadalah</i> lebih banyak digunakan di kalangan masyarakat Makkah. Hal ini sesuai dengan situasi dan kondisi Makkah saat itu, dimana masyarakatnya sangat radikal dengan persoalan akidah (kemahaesaan Allah), meliputi tentang keesaan Allah SWT., penetapan kerasulan, hari kebangkitan dan pembalasan, hari akhirat dengan segala keadaannya, neraka dengan segala siksaan azabnya, surga dengan segala nikmatnya dan bantahan orang-orang kafir dengan dalil akal dan melalui tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat pada alam. Selain persoalan akidah, juga meletakan dasar-dasar syari’at secara umum, budi pekerti yang mulia sebagai dasar pembinaan masyarakat, kebiasaan-kebiasaan yang jelek dari orang orang musyrik, seperti pertumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim, membunuh anak dan lain sebagainya. Sedangkan pada surat <i>Madaniyah</i> ayat-ayatnya lebih banyak mempersoalkan aspek ibadah, mu’amalah, hukum, aturan keluarga, warisan, keutamaan jihad, shalat jama’ah, masalah politik dan perang, damai serta persoalan kemasyarakatan. <br />
<br />
Memperhatikan kondisi sosial masyarakat di atas sejalan dengan tingkat perkembangan dan kemajuan manusia, maka ada dua bentuk mujadalah, yaitu <i>mujadalah al-su’i</i> dan <i>mujadalah ahsan</i>. <i>Mujadalah ahsan</i> agaknya dapat diterjemahkan dengan berdiskusi dengan baik untuk menemukan kebenaran, melalui tukar fikiran, atau dalam bahasa komunikasi disebut dengan komunikasi dua arah (<i>two way comunication</i>) yaitu terjadi dua komunikasi antara komunikator dengan komunikan.<br />
<br />
Para mufassir dalam memahami surat al-Nahl 125 mempunyai pendapat yang sama, walaupun dalam redaksi yang berbeda, yaitu bantahan yang membawa kepada petunjuk dan kebenaran. Artinya melakukan dakwah dengan debat terbuka (transparan), sehingga sanggahan atas tanggapan para audiens dapat diterimanya dengan senang hati, tanpa menimbulkan kesan yang tidak baik terhadap juru dakwah. Bila terdapat tanggapan balik, maka jawabannya harus dengan argumentasi yang logis dan jelas, sehingga antara kedua belah pihak yang sedang bermujadalah sampai pada suatu kebenaran, tanpa menimbulkan kebencian dan permusuhan. Kalimat <i>jadilhum bi al-lati hiya ahsan </i>dapat diartikan dengan bertukar fikiran dengan baik, ilmiah, rasional, dan objektif.<br />
<br />
Setelah memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an, maka <i>mujadalah</i> yang dimaksud al-Qur’an didasari kepada <i>burhan</i> (argumentasi yang valid), dalil yang kompleks dan dapat memberikan petunjuk terhadap orang kafir serta dapat membawanya kembali kepada semua <i>maqasyid al-syar’iya</i>h dan <i>furu’</i>nya. Dengan demikian aspek <i>mujadalah</i> yang tercakup dalam al-Qur’an tersebut meliputi tiga bentuk, yaitu :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Mujadalah yang dapat membawa tukar fikiran dengan menggunakan argumentasi yang valid untuk dapat menetapkan keyakinan, hukum agama didasari kepada wahyu dengan komunikasi yang benar dan menghindari terjadinya miskomunikasi.</li>
<li>Mujadalah dengan pendekatan <i>hiwar (muhawarah)</i>, yaitu mendiskusikan persoalan tersebut dengan cara yang baik melalui diskusi dan pembahasan yang yang tuntas, sehingga <i>way out</i>nya tegas dan jelas, sebagaimana isyarat surat <i>al-Mujadalah</i>.</li>
<li>Mujadalah yang muncul dari tipologi orang kafir, dimana mereka berdiskusi dengan cara tidak benar untuk mengalahkan kebenaran, seperti isyarat Allah pada surat <i>Ghafir</i> (al-Mukmin).</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Metode mujadalah ini pada prinsipnya ditujukan kepada objek dakwah yang mempunyai tipologi antara menerima dan menolak materi dakwah (Islam) yang disampaikan kepada mereka. Pada objek ini mujadalah memainkan peranannya, sehingga objek dakwah dapat menerima dengan perasaan mantap dan puas. Metode ini memberi isyarat kepada juru dakwah untuk menambah wawasan dalam segala aspek, sehingga pada akhirnya dapat memberikan jawaban atau bantahan kepada objek dakwah secara benar dan baik serta menyenangkan perasaan.<br />
<br />
Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kebenaran dan kehebatan Islam. Kecuali itu, berdebat efektif dilakukan hanya kepada orang-orang yang membantah akan kebenaran Islam. Sedangkan objek dakwah yang masih kurang percaya atau kurang mantap terhadap kebenaran Islam (tidak membantah) belum diperlukan metode debat sebagai metode dakwah. Berbeda dengan sesama ulama (intelektual) berdebat adalah rahmat. Sedangkan di kalangan masyarakat awam, berdebat hanya akan menimbulkan pertengkaran dan permusuhan.<br />
<br />
Model metode <i>mujadalah al-lati hiya ahsan </i>ini meliputi dua bagian, yaitu;<br />
<br />
1. Al-Asilah wa al-Ajwibah (tanya jawab).<br />
<br />
Bentuk <i>al-asilah ajwibah</i> yang dimaksud di sini adalah suatu bentuk metode dakwah <i>Mujadalah bi al-lati Hiya Ahsan</i> yang digunakan dalam bentuk memberi jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam yang belum atau mereka dapati, atau belum mereka ketahui secara pasti hakikat atau penjelasannya. Dengan kata lain metode ini berbentuk tanya jawab, saling tukar pikiran antara sasaran dakwah dan pelaksana dakwah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Metode ini dilakukan dengan cara seseorang atau kelompok yang pandai berhadapan langsung dengan orang pandai lainnya. Bentuk metode ini menyatakan hal-hal yang belum diketahui sebelumnya oleh lawan pembicaraannya kepada orang yang dianggap mengetahui dan sekaligus bisa memberikan jawaban-jawaban memuaskan hatinya, sedangkan diskusi berbentuk tukar pikiran antara objek dakwah dengan subjek dakwah yang keduanya sudah sama-sama mengetahui materi yang didiskusikan.<br />
<br />
Bentuk metode ini muncul pada masa Rasulullah, di mana para shahabat banyak yang bertanya kepada Nabi tentang berbagai masalah yang mereka hadapi, dengan harapan para shabahat dapat menerima jawaban dari Nabi. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kalangan shahabat itu adalah pertanyaan yang benar-benar mereka tidak mengetahui sama sekali, baik dalam hukum, maupun pelaksanaannya. Masalah yang muncul itu dijawab dan diselesaikan oleh al-Qur’an secara transparan kepada Nabi Saw. Jawaban itu adakalanya dijawab dengan wahyu dan adakalanya dengan hadis, ataupun jawaban itu dijawab melalui sikap dan tindak tanduk nabi sendiri.<br />
<br />
2. Al-hiwar (dialog).<br />
<br />
Kata <i>Hiwâr</i> berasal dari bahasa Arab dari akar kata (<i>h, w, r, yuhawiru, muhawaratan</i>) yang berarti perdebatan yang memerlukan jawaban, atau tanya jawab terkait satu objek tertentu yang mendekati kepada <i>munaqasah</i> dan <i>mubahastah</i> terhadap suatu persoalan dan peristiwa yang terjadi. Selanjutnya <b>Muhammad Khair</b> mengemukakan bahwa hiwar adalah seni atau metode dari beberapa metode moderen dengan mempergunakan pikiran atau beberapa objek dalam upaya menyampaikan kepada suatu kesimpulan.<br />
<br />
Di dalam al-Qur’an persoalan-persoalan yang muncul pada Nabi adalah tanya jawab yang terjadi di kalangan umat, sekaligus ada solusi dari Allah SWT., sehingga para penanya lansung menerima keputusan atau jawaban pada saat terjadinya suatu persoalan waktu itu.<br />
<br />
Memperhatikan ketiga metode yang dikemukakan di atas, (<i>hikmah, maw’izhah al-hasanah</i> dan <i>mujadalah al-lati hiya ahsan</i>) nampaknya hampir semua buku-buku dakwah menyorotinya pada dataran konsep atau sebagai doktrin normatif yang berasal dari al-Qur’an. Hal ini paling tidak terlihat pada metode <i>hikmah</i> dan <i>mauizhah al-hasanah</i>. Misalnya hikmah adalah suatu metode dalam menyampaikan dakwah lewat ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada umumnya penulis ilmu dakwah lainnya hanya melihat sisi doktrin normatif saja pada ayat-ayat al-Qur’an, sehingga terlihat dengan jelas pembicaraan seputar dataran konsep, padahal sebuah metode selain berbicara teori sekaligus sebenarnya metode itu sesuatu yang bersifat aplikatif. Artinya sesuatu yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan dakwah. Begitu juga tentang metode <i>mauizhah </i>seolah-olah hanya juga pada tataran konsep dan normatif. Sebenarnya kedua metode di atas di satu sisi adalah dogmatis, sedangkan di sisi lain keduanya aplikatif, dan pernah diterapkan (direalisasikan) oleh Nabi Muhammad SAW melalui petunjuk al-Qur’an kepadanya, sebab tidak sesuatupun yang dilakukan oleh Nabi, melainkan berdasarkan pertunjuk Allah. Jika memang ada pendapat yang mengatakan bahwa kedua metode di atas hanya pada tataran konsep, agaknya ada benarnya, karena mereka hanya melihatnya sebagai materi dakwah, bukan sebagai metode dakwah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian juga halnya dengan metode <i>mujadalah al-lati hiya ahsan</i>, tidak hanya berbicara sebatas konsep, namun al-Qur’an telah mengaplikasikannya melalui petunjuk al-Qur’an dalam melaksanakan dakwah Islam. <i>Mujadalah hasanah</i> itu dipahami dengan bertukar fikiran atau berdiskusi dengan baik, maka <i>mujadalah </i>telah bersifat aplikatif (diterapkan) sebagaimana dua metode sebelumnya (<i>hikmah</i> dan <i>maw’izhah al- hasnah</i>) dan telah dipraktekan oleh nabi Muhammad SAW dalam mengembangkan ajaran Islam kepada umat manusia. Kedua metode tersebut (hikmah dan maw’izhah al-hasanah), dapat dibedakan. Metode <i>hikmah</i> lebih menekankan kepada kemampuan fikiran dan ketajaman rasionalitas (intelektualitas) penerima dakwah, sedangkan metode<i> mau’izah</i> menekankan kepada ketepatan pesan yang disampaikan. Akan tetapi berbeda halnya dengan metode ketiga, <i>mujadalat hasanah</i>, seandainya <i>mujadalah hasanah</i> itu dipahami dengan bertukar pikiran atau berdiskusi dengan baik, maka ia memang sudah bersifat aplikatif dan bisa diterapkan. <b>Nurcholish Madjid</b>, dalam salah satu tulisannya dalam Tabloid Tekad dengan mengutip pendapat <b>Ibn Rusyd</b>, mengemukakan bahwa dakwah dengan hikmah artinya dakwah dengan pendekatan substansi yang mengarah kepada falsafah, dengan nasehat yang baik, yang berarti retorika efektif dan populer, dan dengan mujadalah yang lebih baik, maksudnya metode dialektis yang unggul. Indikasi ini menunjukan bahwa metode dakwah berserta modelnya pada surat al-Nahl 125, telah diaplikasikan oleh Rasulullah dalam mengajak manusia kepada Islam dalam berbagai bentuk. Model dari masing-masing metode itu merupakan bagian yang tak terpisahkan satu sama lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Demikian semoga bermamfaat.</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-87434990722445032892013-04-10T20:11:00.002+07:002013-11-12T12:09:08.640+07:00Mengenal Metode Dakwah; Metode Maw'izhah Al-Hasanah (Part 4)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf3nmGPug_t4Jl5T1u3usz6VtafyJK-iTEAEQUUZBGfhhLINDJMJIU2Fp2pTc8wyNWTS0KcTlb7t8WVbr7EaV8oGiblQAWHGBSeDkqJZn0IbfXyjZeuYjeR5blR1xu17UKiY37RMwxFcs/s1600/doabola.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Dakwah Lapangan" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf3nmGPug_t4Jl5T1u3usz6VtafyJK-iTEAEQUUZBGfhhLINDJMJIU2Fp2pTc8wyNWTS0KcTlb7t8WVbr7EaV8oGiblQAWHGBSeDkqJZn0IbfXyjZeuYjeR5blR1xu17UKiY37RMwxFcs/s200/doabola.jpg" title="Dakwah Lapangan" width="200" /></a></div>
2. Metode Maw’izhah Al-hasanah dan Modelnya<br />
<br />
Kata <i>maw’izhah</i> adalah perubahan kata dari akar kata dasar (w, ‘a, zh); artinya memberi nasehat, memberi peringatan kepada seseorang yang bisa membawanya taubat kepada Allah Swt. dan baik perjalanannya. <b>Ibrahim Musthafa</b> mengemukakan dengan nasehat, peringatan dengan adanya <i>‘ikab</i>, menyuruh dengan ketaatan dan berwasiat, baik melalui perkataan maupun dalam bentuk perbuatan.<br />
<br />
<b>‘Abdu al-Rahim</b> mengemukakan bahwa <i>maw’izhah</i> ialah; Peringatan yang baik yang dengannya dapat melembutkan hati, dengan kata lain, melunakkan hati yang kesat, meneteskan air mata yang beku dan memperbaiki amal yang rusak. Pendapat ini sejalan dengan <b>Sayyid Quthb</b>, bahwa metode <i>maw’izhah al-hasanah</i> adalah dakwah yang mampu meresap kedalam hati dengan halus dan merasuk kedalam perasaan dengan lemah lembut. Tidak beresikap menghardik, memarahi dan mengancam dalam hal-hal yang tidak perlu, tidak membuka aib atas kesalahan-kesalahan audiens, karena mereka melakukan hal itu disebabkan tidak tahu. Sifat lemah lembut dalam penyampaikan ajaran Islam, pada umumnya mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesat dan menjinakan hati yang benci serta mendatangkan kebaikan. Sedangkan <b>A. Hasymi</b>, menjelaskan bahwa <i>maw’izhah al-hasanah</i> adalah pelajaran yang indah yang senang orang lain mendengarkannya, memasuki sel-sel otak dan relung-relung hati.<br />
<br />
Realitas konsep metode dakwah <i>maw’izhah al-hasanah</i> tidak tertuju kepada satu kelompok orang akan tetapi juga berlaku untuk semua golongan masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengajaran yang baik bukan hanya ditandai dengan pemilihan materi dakwah yang menarik sesuai dengan tingkat kecerdasan audiens, tetapi juga ditandai dengan tindakan-tindakan atau langkah-langkah yang dapat dijadikan panutan sebagai tempat berpijak bagi masyarakat.<br />
<br />
Kata <i>maw’izhah</i> dengan segala bentuknya terulang dalam al-Qur’an sebanyak 25 kali dalam berbagai ayat dan surat. Rincian ayat yang berakar dari (wau, ‘ain dan zh) dalam al-Qur’an dalam bentuk <i>maw’izhah</i> terdapat 9 kali, yaitu: surat al-Baqarah 66, 275 (02/87), Ali Imran 138 (03/89), al-Maidah 46, (5/112), al-’A’raf 145 (07/30), Yunus 57 (10/51), Hud 120 (11/52), al-Nahl 125(16/70), dan al-Nur : 34 (24/102).<br />
<br />
Pengertian yang dikemukakan oleh al-Qur’an di atas dapat disimpulkan bahwa metode <i>maw’izhah al-hasanah</i> merupakan cerminan dengan pendekatan intruksional, yang pada umumnya ditujukan kepada masyarakat awam. Komunitas ini pada umumnya, baik tangkapan maupun daya fikirannya masih sangat sederhana, sehingga dakwah yang diberikan kepadanya dititik beratkan dalam bentuk bahasa yang relevan dengan kondisinya, bersifat intruksional dan dalam bentuk mengembirakan serta memberi informasi yang mereka jera melakukannya.<br />
<br />
Pengertian di atas mengantarkan kepada dua kesimpulan yaitu: pertama, <i>maw’izhah al-hasanah</i> dikategorikan sebagai penerangan dan penyiaran ajaran Islam kepada masyarakat dengan mempergunakan argumentasi yang mudah dan dapat memuaskan orang umum, dan kedua; <i>mau’izahah al-hasanah</i> dikategorikan sebagai pemberian bimbingan dan penyuluhan yang berkaitan dengan kepuasan hati dan jiwa. Bila kedua kategori ini dikembangkan, maka pemberian penerangan dan penyiaran tersebut tertuju kepada masyarakat luas tentang ajaran Islam. Dalam hal ini diperlukan terlebih dahulu mempelajari masyarakat yang dihadapi, misalnya sosiologi dakwah, antropologi dakwah, peta dakwah dan kultur (peradaban) yang dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu dibutuhkan adanya manajemen sebagai alat mempermudah menghadapi masyarakat, ilmu komunikasi massa, baik melalui media cetak, maupun media elektronik sebagai media mempercepat jalannya dakwah kepada audiens. Sedangkan pemberian bimbingan dan penyuluhan masyarakat, nampaknya lebih tertuju kepada pribadi-pribadi yang bersifat langsung. Dalam hal ini dimungkinkan adanya pengembangan dan pencerahan masyarakat melalui pribadi tersebut.<br />
<br />
<i>Maw’izhah</i> sebagai metode dakwah yaitu mengajak orang lain untuk memahami ajaran Islam dengan mempergunakan bahasa yang dapat menyentuh jiwanya melalui nasehat dan wasiat, <i>tabsyir wa al-tanzir </i>serta diiringi dengan panutan yang baik (<i>uswatun hasanah</i>). Pelaksanaannya dikembangkan dengan penerangan dan penyiaran secara umum. Sedangkan dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan, dilakukan secara khusus terhadap para audiens (penerima dakwah) dengan <i>face to face</i>.<br />
<br />
Karena bukanlah suatu metode, jika sesuatu itu dikerjakan bukan melalui tahapan dan perencanaan yang jelas. Hal ini terlihat pada ayat-ayat al-Qur’an, misalnya;<br />
<br />
1) Dilihat dari ancaman-ancaman yang diinformasikan terhadap pelakunya seperti kera (QS. al-Baqarah; 66)<br />
<br />
2) Dilihat dari gejala-gejala negatif yang ditimbulkan, seperti pelaku riba ( QS al-Baqarah; 275)<br />
<br />
3) Dilihat dari cara melaksanakannya, misalnya pelaku kisas (QS. al-Maidah; 46)<br />
<br />
4) Dilihat dari segi prioritas melaksanakannya, yaitu mendahulukan yang terpenting dari yang penting (QS. al-A’raf; 145)<br />
<br />
5) Dilihat dari segi kehati-hatian dalam memberikan materi, seperti melalui targhib wa al-tarhib (QS. Yunus; 57)<br />
<br />
6) Dilihat dari keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat (QS. Hud; 120)<br />
<br />
7) Dilihat dari segi bahasa yang dipakai (QS. al-Nahl; 125)<br />
<br />
8) Dilihat dari segi penjelas (bayan) (QS. al-Nur; 34)<br />
<br />
9) Dilihat dari segi kondisi sosial yang mengintari seperti cara menghadapi orang kafir dan munafik (QS. al-Nisa’;63)<br />
<br />
Memperhatikan pendapat di atas cakupan makna yang terkandung dari kalimat <i>maw’izhah </i>meliputi: memberikan argumentasi dengan gaya bahasa yang relevan dengan latar belakang keadaan umat, yaitu audiens dihadapi dengan argumentasi yang dapat menghantarnya kepada ajaran Islam dengan memakai bahasa lemah lembut, lugas, sejuk dan mudah merasuk kedalam jiwanya.<br />
<br />
Term <i>maw’izhah</i> dalam bentuk nasehat adalah membangkitkan perasaan ketuhanan yang dikembangkan dalam jiwa objek dakwah, sehingga menimbulkan rasa takut dan ketundukan kepada Allah. Selain itu membangkitkan keteguhan hati agar senantiasa berpegang kepada pemikiran yang sehat, membangkitkan rasa persatuan untuk berpegang kepada kesatuan jama’ah. Nasehat dapat terjadi melalui berbagai sarana antara lain; melalui kematian, musibah, bencana alam, melalui sakit, melalui peringatan-peringatan lain dan sebagainya.<br />
<br />
Namun bagaimana juapun baiknya nasehat tanpa diiringi dengan <i>uswatun hasanah</i> (keteladanan), maka materi dakwah yang diberikan kepada audiens akan tetap sia-sia. Keteladanan merupakan bentuk penerapan metode dakwah <i>maw’izhah al-hasana</i>h dengan nasehat yang paling potensial, bahkan paling besar pengaruhnya bagi manusia untuk menarik manusia kepada kebaikan dan kebenaran. Karena bentuk ini lansung menyentuh hati dan perasaan objek dakwah ketika seseorang menyaksikan praktek nyata yang dilakukan juru dakwah. Bahkan keteladanan dapat mengubah pandangan dakwah dari teori kepada realita yang dapat disaksikan dan dirasakan dari perkataan kepada pelaksanaan. Oleh karenanya <i>uswatun hasanah</i> adalah bagian yang tidak terpisahkan dari metode dakwah, sebab prinsip uswah merupakan peragaan bagi suatu perbuatan. Islam bukan hanya dikembangkan lewat lisan dan tulisan, akan tetapi mendemontrasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.<br />
<br />
Bentuk metode dakwah <i>maw’izhah al-hasanah</i> yang diaplikasikan dalam bentuk nasehat dikembangkan melalui wasiat. Ada dua bentuk wasiat, pertama sebagai salah satu term hukum Islam yang mendapat perhatian serius para ulama yang ditemui dalam buku-buku fiqh. Secara terminologi wasiat adalah satu praktek pemberian cuma-cuma yang realisasinya baru berlaku setelah wafat yang berwasiat. Sejalan dengan itu dapat ditemui dalam sunnah Rasulullah SAW. dalam sebuah <i>hadist qudsy</i> menceritakan firman Allah, bahwa ada dua hal yang diberikan kepada umat Muhammad yang tidak diberikan umat sebelumnya. </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Allah menentukan sebahagian dari harta seseorang khusus untuk seseorang itu ketika ia akan wafat (dengan jalan wasiat) untuk membersihkan dirinya (dari dosa). </li>
<li>Sebagai do’a seorang hamba buat seseorang yang telah wafat (H.R. Abdullah bin Juneid dalam musnadnya). </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Kedua cara yang dilakukan dalam proses memberikan perubahan secara
terus menerus dalam bentuk pelajaran memakai media lisan yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pengertian ini menunjukan
bahwa wasiat termasuk bagian dari <i>maw’izha</i>h, sehingga hal ini
membuktikan secara tegas bahwa wasiat suatu kegiatan dakwah yang dapat
membersihkan diri dari dosa, sekaligus dapat memotivasi orang lain
dalam upaya membersihkan hartanya, dengan tujuan memberikan kelapangan
ekonomi kepada saudara-saudaranya yang sedang membutuhkan atau untuk
kepentingan umum yang diredhai oleh Allah Swt. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga <i>maw’izhah</i> ditempuh dalam bentuk memberikan informasi kebaikan dan informasi keburukan (<i>tabsyir wa al-tanzir</i>), yaitu dengan memberikan khabar gembira disertakan dengan memberikan bujukan dan rayuan yang indah bahwa jika seseorang yang shaleh dan taat kepada azas kebaikan, maka ia akan mendapat tempat yang baik di akhir kehidupannya. Sebaliknya merupakan ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah kesalahan, sehingga akan mendapatkan ancaman dari akibat perbuatannya nanti di ujung kehidupannya.<br />
<br />
Setelah memperhatikan ayat-ayat dan penafsiran dikalangan ilmuan, dengan pertimbangan <i>asbab al-nuzul</i> ayat dan makna yang dicakupinya, dapat ditarik kesimpulan bahwa model dakwah <i>maw’izhah al-hasanah</i>, meliputi :</div>
<ol>
<li>Menggunakan bahasa sesuai dengan bahasa umat yang dihadapi,</li>
<li>Memberi nasehat dan wasiat secara bertahab dan berencana,</li>
<li>Memberi khabar gembira serta memberi informasi yang membuat mereka jera melakukannya, dengan menempuh targhib wa al-tarhib </li>
<li>Memberikan teladan yang baik.</li>
</ol>
<i> (Bersambung) </i></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-26387338220326490002013-04-08T20:13:00.000+07:002013-11-12T12:08:42.102+07:00Mengenal Metode Dakwah; Turunan Metode Dakwah Hikmah (Part 3)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihY-KA4l87nP-HRYKQwhNgqwkbLW-wVc_TPKLlt04YoFxR9Q5nnLKVsI26X776vo-KkBPNdPUqCDZLP9lte08FdWcEdc0ojsPtSqSmxlFewrYF3tYEXJ_lap47EMCIN2sp2WmO6IyiKcg/s1600/turn.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Para Pencari Tuhan" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihY-KA4l87nP-HRYKQwhNgqwkbLW-wVc_TPKLlt04YoFxR9Q5nnLKVsI26X776vo-KkBPNdPUqCDZLP9lte08FdWcEdc0ojsPtSqSmxlFewrYF3tYEXJ_lap47EMCIN2sp2WmO6IyiKcg/s1600/turn.jpg" title="Kembali Ke Allah" /></a></div>
Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya (Metode Dakwah Hikmah), maka pada artikel kali ini saya akan memaparkan turunan dari Metode Dakwah Hikmah. Secara spesifik metode dakwah hikmah melahirkan model-model sebagai berikut:<br />
<br />
1. Komparatif (Perbandingan)<br />
<br />
Model
metode dakwah hikmah dalam bentuk perbandingan (komparatif) diambil
dari akar kata Qarana, yuqarinu, muqaranan dan muqaranatan. Muqaran
adalah isim masdhar dari qarana, yang berarti menghubungkan,
mengumpulkan dan memperbandingkan, atau membedakan dua sesuatu dengan
sesuatu yang lainnya. Bila kata ini dipahami dari bahasa Inggris
(<i>comparative</i>) yang berarti perbandingan. Sedangkan bila dikaitkan dengan
model metode dakwah perbandingan, maka dimaksud di sini ialah suatu
cara yang ditempuh dalam menyampaikan materi dakwah didasari kepada
pemberian perbandingan sesuatu dengan yang lainnya terhadap suatu objek
tertentu. Karena dalam al-Qur’an cara ini lebih banyak diberlakukan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad Saw. dalam membawa orang lain kepada agama
Islam di Makkah melalui ayat-ayat Makiyah dan Madinah melalui ayat-ayat
Madaniyah.<br />
<br />
Dalam kaitan ini, Allah Swt. dalam al-Qur’an
menggunakannya dalam bentuk kalimat pertanyaan dengan memakai huruf
istifham (hamzah). Seperti surat al-Qalam ayat 35 (68/02).<br />
<br />
Mode
dakwah perbandingan ini muncul dalam berbagai contoh dalam al-Qur’an,
yaitu orang yang mendapat cahaya dan orang yang masih berada pada
kegelapan, sebagaimana terdapat dalam surat al-An’am ayat 122 ( 06/55),
antara<i> musyrik</i> dengan <i>‘abid</i>, serta orang yang mengetahui dengan orang
yang tidak mengetahui, sebagaimana tercermin dalam surat al-Zumar ayat 9
(39/59). Selanjutnya al-Qur’an membandingkan antara orang yang celaka
dan orang-orang yang sentosa di akhirat kelak, al-Qur’an surat
Fushshilat ayat 40 ( 41/61). Model dakwah komparatif dalam ayat-ayat
Makkiyah, membandingkan dengan jelas antara dua kelompok yang bertolak
belakang dalam kehidupan sosial masyarakat. Sedangkan pada ayat
Madaniyah, menunjukkan metode yang lebih kongkrit lagi dibandingkan
dengan ayat Makkiyah, yaitu membandingkan antara orang yang mengetahui
tentang kebenaran (<i>al-haq</i>) dengan orang yang buta kepada kebenaran.<br />
<br />
Dalam
upaya mengaplikasikan metode dakwah hikmah dalam bentuk perbandingan,
bukan hanya tertumpu kepada suatu pendapat, aliran, dan mazhab, akan
tetapi juru dakwah mampu memberikan materi dakwah kepada masyarakat
dengan memberikan perbandingan satu pendapat dengan pendapat yang lain,
antara satu aliran dengan aliran lain dan antara satu mazhab dengan
mazhab lainnya. Bahkan antara satu agama dengan agama lainnya. Sehingga
pemahaman keagaamaan umat dalam memahami agamanya kaffah dan utuh.<br />
<br />
2. Kisah<br />
<br />
Kata
kisah diambil dari akar bahasa Arab; (<i>qashsha, yaqushshu, qashshashan</i>),
berarti menceritakan kabar kepadanya, atau bermakna pokok menunjukkan
untuk mengikuti sesuatu yang dikisahkan. Atau berarti dengan
(menceritakan). Sedangkan dalam bahasa Indonesia <i>qashash</i> menjadi kisah,
diartikan dengan cerita tentang kejadian (riwayat) kehidupan seseorang.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kisah diterjemahkan dengan cerita,
kejadian (riwayat) sejarah dan sebagainya. Cerita tuturan yang
membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa), kejadian dan
sebagainya). Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau. Memperhatikan pengertian di atas, nampaknya
antara kisah dengan sejarah adalah identik, karena menyangkut dengan
sifat fakta yang telah terjadi masa lampau.<br />
<br />
Didalam al-Qur’an
Allah Swt. menampilkan beraneka ragam kisah. Dari bentuk (<i>shighat</i>) yang
berakar dari <i>qasha, yaqashu</i> dan <i>qishashan</i> berjumlah 30 kali dalam
berbagai surat dan ayat. Sedangkan bukan kalimat secara langsung kata
yang berakar dari qassha, tetapi ayat tersebut menceritakan peristiwa
tersebut secara langsung terdapat dalam al-Qur’an sebanyak 15 kali.,
Makkiyah 11 surah dan Madaniyah 4 surah.<br />
<br />
Memperhatikan ayat-ayat
yang berhubungan dengan kisah, nampaknya al-Qur’an mengungkapkan
tentang :1). Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dengan menyebutkan
pelaku-pelaku dan tempat terjadinya. 2). Peristiwa yang telah terjadi
dan masih dapat terulang kejadiannya, 3). Peristiwa simbolis yang tidak
menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi namun dapat saja
terjadi sewaktu-waktu.<br />
<br />
Dengan demikian kisah memberi faedah
terutama dalam menjelaskan Islam kepada masyarakat, seperti diungkap
oleh Hasbi Ash-Shiddiqi;<br />
<br />
1) Pengajaran yang tinggi yang
menjadi cermin perbandingan bagi segala ummat. Di dalamnya kita
dapati akibat kesabaran. Sebagaimana sebaliknya kita dapati akibat
keingkaran.<br />
<br />
2) Mengokohkan Muhammad, membuktikan kebenarannya.
Muhammad adalah seorang ummy dan yang hidup dalam masyarakat yang ummy.
Maka bagaimana ia dapat meriwayatkan sejarah-sejarah yang penting kalau
bukan yang demikian itu dari wahyu.<br />
<br />
3) Memberi petunjuk kepada
penyeru, jalan-jalan yang harus mereka turuti dalam melaksanakan seruan
dalam menghadapi kaum-kaum yang ingkar.<br />
<br />
4) Menerangkan betapa kesungguhan dan ketelitian ulul ‘azmi dalam memberikan petunjuk kepada manusia.<br />
<br />
Pada sisi lain Masyfuk Zuhdi memberikan gambaran tentang manfaat kisah yang terkandung dalam al-Qur’an sebagai berikut :<br />
<br />
1) Sebagai pelajaran bagi manusia sekarang (umat Muhammad) tentang bagaimana nasib manusia yang ingkar dalam melawan Allah.<br />
<br />
2)
Sebagai hiburan bagi Nabi Muhammad dan umat Islam pada permulaan
Islam, agar Nabi sahabat-sahabatnya tetap berteguh hati, tidak berkecil
hati dalam menghadapi segala hambatan dan tantangan di dalam
menjalankan dakwah Islamiyah /misinya.<br />
<br />
<b><i>Manna Khalil al-Qattan</i></b>
mengemukakan bahwa kisah merupakan metode yang digunakan bagi juru
dakwah dan pendidik. Karena mereka tertarik mendengar atau membaca suatu
kisah yang tanpa disadarinya mereka telah menerima pesan berupa
nasehat, petunjuk, pengajaran dan sebagainya dari kisah tersebut.
Terutama dapat membekali audiensnya tentang peri kehidupan Nabi,
berita-berita tentang umat dahulu</div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah
yang baik dan cermat akan digemari dan akan menebus relung jiwa manusia
dengan mudah. Kisah yang terdapat dalam al-Qur’an tidak membosankan dan
jemu sedangkan kisah diluar al-Qur’an sering membuat para pendengar
bosan mendengar atau membacanya. Kisah yang terdapat dalam al-Qur’an
merupakan bahan yang subur bagi da’i dalam membantu kesuksesan dalam
melaksanakan tugasnya dan membekali diri mereka dengan petunjuk para
Nabi atau Rasul, berita-berita umat terdahulu dan hal ikhwal tentang
bangsa-bangsa sebelumnya. Semestinya para da’i mampu menyuguhkan
kisah-kisah qur’ani dengan uslub bahasa yang sesuai dengan tingkat
nalar para audience. Penggunaan metode kisah dalam berdakwah memegang
peranan penting, karena kisah salah satu cara untuk memusatkan perhatian
para pendengar terutama dalam ceramah yang memakai waktu panjang.
Dengan demikian penanaman akidah kepada pendengar yang paling utuh
adalah dengan pendekatan metode kisah yang terdapat dalam al-Qur’an.<br />
<br />
3. Amsal<br />
<br />
Amsal
diambil dari akar bahasa Arab dari akar kata<i> masal, misal</i> dan <i>masil</i> dan
dalam bentuk <i>isim, al-matsîlu, al-mitslu</i> dan bentuk jama’nya <i>amsâl</i>
sama dengan <i>syabah, syibh</i> dan <i>syabih</i>. Kata <i>amsal</i> dalam bahasa Indonesia
dapat berarti perumpamaan atau bandingan. Sedangkan dalam ilmu sastra
ialah: Suatu ungkapan yang banyak diucapkan yang dimaksudkan untuk
menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang
akan dituju, seperti ucapan:<br />
"<i>Beberapa banyak panahan tidak ada pemanahnya." </i>Maksudnya, banyak kejadian atau musibah yang terjadi tanpa sengaja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Al-Isfahani</b>, mengemukakan <i>masal</i> dapat disebut <i>misl</i> (perumpamaan), seperti dalam al-Qur’an juga berarti <i>musyabbih </i>(menyerupai).
Lebih jauh <b>al-Isfahani</b> mengartikan <i>masal</i> adalah suatu ungkapan yang
menggambarkan sesuatu yang lain, yang ada didalamnya titik persamaan.<br />
<br />
Kata <i>masal</i>
dapat digunakan untuk menunjukkan arti keadaan seperti dalam al-Qur’an
surat Muhammad; 15, selanjutnya dikatakan bahwa <i>masal </i>menampakkan
sesuatu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi (<i>mahsus</i>) agar
menjadi indah dan menarik serta mempunyai pengaruh mendalam terhadap
jiwa. Sementara <b>Ibn Qayyim</b> berpendapat, <i>amsâl </i>ialah menyerupakan sesuatu dengan yang lain dalam hal hukum dan mendekatkan sesuatu yang absrak (<i>ma’qul</i>) dengan kongkrit (<i>mahsus</i>).
<b>Manna al-Qatan</b> dalam hal ini mengartikan dalam bentuk yang indah dan
simpel yang mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap jiwa, baik berupa <i>tasybih</i> maupun dalam bentuk ungkapan bebas (<i>mursal</i>).<br />
<br />
Dari
Pengertian di atas dapat dipahami bahwa <i>amsâl</i> ialah ungkapan yang
berbentuk persamaan atau penggambaran yang terdapat dalam al-Qur’an
dengan gaya bahasa yang indah dan menarik dengan tujuan untuk memudahkan
memahami dan meresapi tujuan dari kandungan al-Qur’an.<br />
<br />
Sedangkan dalam al-Qur’an faedah amsâl tersebut sangat banyak sekali antara lain :<br />
<br />
(1).
Perumpamaan yang absrak dengan bentuk kongkrit, sehingga dapat
ditangkap oleh indera, seperti Firman Allah surat al-Baqarah; 264
(2/87).<br />
<br />
(2) Memberi dorongan untuk berbuat kebajikan, seperti firman-Nya surat al-Baqarah;261 (2/87)<br />
<br />
(3) Menjauhkan dari perbuatan yang keji, seperti firman-Nya surat al-Hujurat; 12 (106/49) :<br />
<br />
(4)
Mengungkapkan hal yang ghaib dalam bentuk yang hadir, seperti pemakan
riba yang tidak tenteram jiwanya, bagaikan orang yang kemasukan setan.<br />
<br />
(5)
Memberikan pujian, seperti pujian Allah kepada Nabi dan orang-orang
mukmin, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunas, dengan tunas itu
tanaman menjadi kuat, besar dan tegak dengan lurus, sehingga membuat
orang-orang kafir menjadi jengkel atas kekuatan orang mukmin. Hal ini
terlihat sebagai firman-Nya surat al-Fath; 29 (48/111).<br />
<br />
4. Aqsam (Sumpah)<br />
<br />
Sumpah
(<i>Aqsâm</i>) adalah bentuk <i>jama’</i> (plural) dari akar kata qasama yang berarti
<i> al-hilf </i>atau <i>al-yamin</i>, yaitu sumpah. Atau tidak meletakkan pada sesuatu
selain pada posisinya. Bentuk kata di atas (<i>qasama, al-hilf</i> dan <i>
al-yamin</i>) mempunyai tempat penggunaan yang berbeda dalam al-Qur’an.
<i>Al-hilf</i> digunakan untuk celaan terhadap orang-orang kafir (munafik) yang
melanggar sumpah dan hanya satu ayat yang ditujukan untuk orang mukmin
yang membatalkan sumpah dengan membayar kafarat, sedangkan qasam pada
umumnya digunakan untuk sumpah yang benar. <i>Al-yamin</i> yang secara
harfiyah diartikan dengan tangan kanan, juga digunakan dalam makna
sumpah karena sudah menjadi tradisi orang Arab apabila bersumpah kedua
tangan kanannya saling berjabatan. Didalam al-Qur’an terdapat
pemahaman yang mengacu kepada pengertian sumpah sebanyak 86 kali, bertebar dalam berbagai surat dan ayat, baik sumpah tersebut dengan
memakai akar kata q, s, m, ataupun memakai huruf qasam, lam qasam atau
jawab qasam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tujuan aqsâm dalam berdakwah</b><br />
<br />
Dalam
melaksanakan dakwah Islam kepada masyarakat yang bersumber kepada
al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad Saw. Allah Swt. telah memberi isyarat
kepada Nabi agar menyesuaikan ushlub bahasa yang dipakai untuk
masyarakat tertentu yang dalam ilmu <i>ma’ani</i> disebut <i>adrubul khabar
al-salasah</i> atau tiga macam pola pengunaan kalimat berita, yaitu:
<i>ibtida’, talabi</i> dan <i>inkari.</i><br />
<br />
Adakala lawan bicara (<i>mukhatab</i>)
seorang yang berhati kosong (<i>khaliyuz zihn</i>i) sama sekali tidak mempunyai
persepsi akan pernyataan hukum yang diterangkan kepadanya, maka
ungkapan yang terpakai untuk mereka tidak perlu memakai penguat. Hal ini
disebut dengan <i>ibtida’i.</i> Selanjutnya seseorang yang didakwahi di mana
mereka ragu-ragu tentang kebenaran yang disampaikan kepadanya, maka
perkataan untuk orang semacam ini sebaiknya diperkuat dengan suatu
penguat untuk menghilangkan keraguannya. Hal ini disebut dengan talabi.
Selanjutnya boleh jadi mereka ingkar terhadap kebenaran yang diberikan
kepadanya, maka pembicaraan untuk orang yang seperti ini harus
disertai dengan penguat sesuai dengan kadar keengkarannya. Perkataan
itu dinamakan dengan inkari.<br />
<br />
<i>Qasam</i> merupakan salah satu penguat
perkataan untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam
jiwa seseorang. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa
al-Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia. Dalam rangka menerimanya
apalagi al-Qur’an ketika dianggap sesuatu yang aneh bagi manusia, maka
mereka menerimanya dengan cara yang bermacam-macam pula, yaitu ada yang
menerima, ada yang ragu-ragu dan ada pula yang mengingakrinya.
Berdasarkan unsur tersebut, maka <b>Manna al-Qatthan</b> mengemukakan betapa
pentingnya al-Qur’an membubuhkan <i>qasam</i> di dalamnya dalam upaya
menghilangkan keraguan, menguatkan khabar dan melenyapkan kesalah
pahaman mereka terhadap sesuatu sebelumnya, bahkan akan menegakkan
argumentasi dan menetapkan cara yang paling sempurna. Dalam hal ini
<b>Ibn Qayyim</b>, sebagaimana dinukil oleh <b>Muhammad Ibn ‘Alawi </b>mengemukan
bahwa <i>qasam</i> (sumpah) pada prinsipnya bertujuan untuk <i>mentahqiq</i> dan
memperjelas khabar yang diinformasikan kepada orang lain, sehingga
mereka mudah menerima sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakatnya. Hal ini bukan berarti bahwa setiap pernyataan memerlukan
qasam, akan tetapi diperlukan bagi masyarakat tertentu, yaitu masyarakat
yang kalau belum dengan kalimat sumpah, maka mereka tidak mau
menerimanya.<br />
<br />
Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa qasam
dilihat sebagai bentuk model dakwah, berfungsi sebagai penguat
perkataan untuk memantapkan hati para audiens dan memperkuat kebenaran
di dalam jiwanya. Hal ini dimungkinkan karena al-Qur’an diturunkan
untuk seluruh manusia. Manusia sebagai objek al-Qur’an terdapat sikap
yang bermacam-macam. Misalnya ada yang ragu-ragu, ada yang mengingkari
dan ada pula yang memusuhinya. Dengan demikian pemakaian <i>qasam</i> bagi
<i>da’</i>i dalam menyampaikan kebenaran kepada orang lain adalah salah satu
bentuk cara yang efektif guna menghilangkan keraguan, melenyapkan
kesalah-pahaman, menegakan argumentasi, menguatkan khabar dan menetapkan
hukum dengan cara yang paling sempurna.<br />
<br />
5. T a s y î r a n (Wisata)<br />
<br />
Kata <i>tasyir </i>adalah masdar dari kata kerja (fi’il) yang berpola isim <i>(tafdhil</i>) yaitu <i>tsulasi mazid satu huruf</i> yang berarti <i>matsâ</i>
(perjalanan). Kata<i> tasyiran</i> dalam bahasa Arab ditemui berakar dari
huruf (<i>sin, ya</i> dan <i>ra</i>) yang berarti berlalu dan berjalan. Kata <i>
sairan/tasyiran</i> dengan derivasinya terulang dalam al-Qur’an sebanyak 20
kali, tergelar dalam 18 surat, yaitu; 5 kali pada surat Makiyah dan 18
kali pada surat Madaniyah. <br />
<br />
Memperhatikan ayat-ayat di atas dapat
ditangkap pemahamannnya bahwa Allah Swt. menganjurkan kepada manusia
agar melakukan perjalanan (wisata) di bumi ini, dengan tujuan dapat
memperhatikan bekas peninggalan masa lalu dari suatu umat masa silam
yang engkar kepada Allah dan Rasulnya. Sehingga Allah memberikan
memberikan hukuman berupa malapetaka dan bencana yang ditimpakan
kepadanya. Hal itu diperlihatkan Allah kepada manusia, agar dapat
mempergunakan akal secara maksimal. Selain itu berwisata bukan hanya di
darat, akan tetapi di laut dan di udara, bertujuan memberikan inspirasi
kepada jiwa manusia, betapa besar ke-Maha-Kuasaan Allah Swt. Hal ini
akan dapat membawa manusia sadar, dan meninggalkan sifat thama’ dan
sombong. Bahkan lebih jauh dari itu bahwa melakukan wisata menambah
wawasan, baik berupa perjalanan kerohanian, maupun wawasan intektualitas
terhadap fenomena alam yang beragam dan unik.<br />
<br />
Selain menggunakan akar kata <i>sara</i>,
Allah SWT juga menggunakan akar kata yang semakna dengannya, yaitu akar
kata (masysya, yamsyu, masysyan), yang juga berarti wisata atau
berjalan. Dalam al-Qur’an akar kata tersebut berjumlah sebanyak 22
kali, dalam berbagai surat dan ayat. surat al-Taubat; 112 (9/113).<br />
<br />
Pada
ayat ini terdapat kata (<i>al-saihun</i>). Terambil dari kata siyahah, secara
populer diartikan wisata. Pendapat yang sama diungkap oleh
<b>al-Thaba’thabai,</b> bahwa kata al-saihun berarti tempat orang pergi
berwisata yang dengannya dapat memberikan pencerahan kepada akal. Kata
ini juga mengandung arti penyebaran. Pada akar kata siyahah dibentuk
kata sahat, yang berati lapangan yang luas, namun ada juga ulama yang
mengartikannya dengan puasa, akan tetapi lain halnya dengan Muhammad
<b>Jamaluddin al-Qasyimi</b>, menjelaskan dalam tafsirnya bahwa arti siyahah
adalah perjalanan wisata, karena cukup indikator yang mendukung maksud
ayat tersebut. Seperti suruhan al-Qur’an agar manusia mengorbankan
waktunya untuk melakukan wisata, agar ia dapat menemukan
peninggalan-peninggalan sejarah masa lampau, mengetahui keabsahan
berita-berita umat terdahulu, semua peristiwa yang didapati itu, kiranya
dijadikan pelajaran atau ibrah. Melalui <i>ibrah</i> tersebut dapat mengetuk
dengan keras otak-otak yang beku.<br />
<br />
Penggunaan metode wisata sangat
realitas dalam masyarakat moderen, karena secara langsung <i>audiens</i> dapat
mengamati situasi yang asli, memberi motivasi kepada diri, mencari
iklim baru dalam proses pencerahan diri. Begitu juga dapat
mengembangkan, menanamkan dan mempupuk rasa cinta kepada pencipta-Nya.
Selain itu metode wisata merupakan perpaduan antara pendayagunaan panca
indera dan observasi. Sehingga hasil yang dicapai tidak hanya didasarkan
kepada komunikasi verbal saja melainkan pemanfaatan metode-metode
<i>audio-visual</i> secara langsung terhadap peristiwa yang pernah terjadi pada
masa silam.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>(Bersambung)</i></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-64109208204806691532013-04-07T19:34:00.000+07:002013-11-12T12:09:57.615+07:00Mengenal Metode Dakwah; Metode Dakwah Hikmah (Part 2)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-txwRk6QRP0CUEhxqhf3R9WNOFC0IqMkKuUY-yKRXkMMY4vF9Osg4c2Zdc5wKucpHAy-jFMn35kwfdOXXhRMz1zZPmr-C3kT7-LAxwvgVhdAQri0NpmO_Slfx5b28UZlgbAP7WbZ33uw/s1600/dakwah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Dakwah Hikmah" border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-txwRk6QRP0CUEhxqhf3R9WNOFC0IqMkKuUY-yKRXkMMY4vF9Osg4c2Zdc5wKucpHAy-jFMn35kwfdOXXhRMz1zZPmr-C3kT7-LAxwvgVhdAQri0NpmO_Slfx5b28UZlgbAP7WbZ33uw/s200/dakwah.jpg" title="Dakwah Hikmah" width="200" /></a></div>
1. Metode Dakwah Hikmah dan Modelnya<br />
<br />
Kata hikmah berasal dari bahasa Arab, (h, k, m), jama’nya hikam yaitu ungkapan yang mengandung kebenaran dan mendalam. Dalam bahasa Indonesia diartikan dengan kata bijaksana. Kata bijaksana dalam bahasa Indonesia punya arti (1) selalu mempunyai akal budi, (pengalaman dan pengetahuannya): ‘arif, tajam fikiran; (2) pandai dan ingat-ingat. Sedangkan secara linguistik (lughawiyah) hikmah berarti kebijaksanaan, sehat pikiran, ilmu pengetahuan, filsafat, ke-Nabian, keadilan, peribahasa, pepatah dan al-Qur’an. Atau mengetahui keutamaan sesuatu melalui ilmu. Secara terminologi, para ulama memahami istilah hikmah meletakan suatu urusan pada tempatnya yang benar, mengetahui al-da’i terhadap objek dakwah dan memilih metode serta media yang relevan dengan mereka.<br />
<br />
Kata hikmah dengan segala bentuknya dalam al-Qur’an berjumlah 208 kali yang tersebar dalam beberapa surat. Dalam bentuk shighat masdar, kata al-hikmah 20 kali tersebar dalam beberapa surat dan ayat. Pemakaian kata terbanyak dari kata hikmah digandengkan dengan kata al-kitab, Injil, Taurat, sehingga dapat dipahami sebanding dengan kitab, Injil, Taurat, atau suatu pelajaran yang datang dari Allah Swt.<br />
<br />
Varian hikmah dalam pandangan ilmuan, bila dikaitkan dengan tafsiran surat al-Nahl; 125 sebagai kerangka dasar metode dakwah sangat beragam sekali, antara lain; al-Razi mengartikan hikmah dengan dalil-dalil yang pasti, al-Thabari mengartikan dengan wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw., al-Maraghi mengartikan dengan Perkataan yang benar lagi tegas dengan dalil yang kuat untuk menjelaskan yang hak bagi menghilangkan syubhat. Pendapat al-Maraghi senada dengan pendapat al-Zamakhsyari dan Wahbah al-Zuhaili, sedangkan bagi al-Thaba’thabai mengartikan hikmah dengan menyampaikan kebenaran melalui ilmu dan akal. Muhammad Abduh mengartikan ilmu pengetahuan yang benar, yakni sifat-sifat yang bijak di dalam jiwa yang menjadi penuntun kemauan dan mengarahkannya kepada perbuatan. Apabila perbuatan lahir dari ilmu yang benar, maka perbuatan itu adalah perbuatan yang baik dan bermanfaat, sehingga membawa kepada kebahagiaan. Ibn Katsîr (w.774 H), mengemukakan bahwa hikmah adalah yang bijak dalam perbuatan dan perkataan, sehingga untuk itu ia meletakan sesuatu pada tempatnya. Pendapat ini sejalan dengan Muhammad Abu al-Fatah al-Bayânûnî, bahwa hikmah adalah teknik menempatkan sesuatu pada tempatnya, sehingga berdakwah dengan hikmah meliputi semua aspek.<br />
<br />
Muhammad Natsir memahami bahwa hikmah digunakan untuk semua golongan, yaitu golongan cerdik pandai, golongan awam dan golongan antara keduanya. Berbeda dengan Sayyid Qutb (966H/1558M) mengemukakan bahwa dakwah bi al-hikmah adalah memperhatikan keadaan serta tingkat kecerdasan penerima dakwah, memperhatikan kadar materi dakwah yang disampaikan kepada audiens, sehingga mereka tidak dibebani dengan materi dakwah tersebut, karena belum siap mental untuk menerimanya.<br />
<br />
Bila beberapa pengertian di atas dikombinasikan, maka dapat dipahami bahwa metode hikmah adalah suatu cara yang dipergunakan dalam upaya membawa orang lain kepada ajaran Islam dengan memakai argumentasi yang pasti, bahasa yang menyintuh hati dengan pendekatan ilmu dan akal. Sehingga objek dakwah yang dituju melalui metode ini adalah para cendikiawan, intelektual atau ilmuan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh ‘Abdu al-Wahab Kahili, bahwa metode dakwah dengan hikmah merupakan pengetahuan yang paling tinggi dan pengungkapan bersifat filosofis yang dapat menundukan akal dan tidak ada yang melebihi ketundukan terhadapnya.<br />
<br />
Memperhatikan pengartian hikmah pada surat al-Nahl 125 dari beberapa pendapat ilmuan tafsir di atas, dapat ditarik asumsi-asumsi antara lain:<br />
<br />
1) Memberdayakan akal dan ilmu secara benar dan mendalam dengan pendekatan filosofis dan rasional (hikmiyah dan aqliyah) diarahkan kepada kumunitas pemikir dan intelektual, karena golongan ini cenderung mempunyai daya tangkap yang cepat, kritis dan wawasan yang luas.<br />
<br />
2) Memberi argumentasi yang dapat menghilangkan keraguan dan membawa kepada keyakinan, bersifat induktif, analisis, objektif, logis dan komparatif.<br />
<br />
3) Meletakan sesuatu pada tempatnya.<br />
<br />
Ketiga asumsi di atas, bila dilihat dari pengertian hikmah dalam perspektif mufassir terhadap ayat 125 surat al-Nahl, nampaknya sangat signifikan dengan makna hikmah yang terdapat pada ayat-ayat yang turun di Makkah dan Madinah. Hal ini dapat dipahami dari surat yang turun pada priode Makkah terdapat kata hikmah pada 5 surat. Dengan demikian pengertian hikmah pada al-Nahl 125 (16/70) menjelaskan bahwa hikmah di sini adalah komunikasi yang benar dan menyentuh jiwa secara sempurna. Dengan demikian dakwah dengan metode hikmah adalah berdakwah melalui ilmu pengetahuan, kecakapan memilih materi dakwah yang sesuai dengan kemampuan audiens, pandai memilih bahasa sehingga audiens tidak merasa berat dalam menerima Islam, bahkan mereka laksanakan dalam kehidupannya.<br />
<br />
Selanjutnya kata hikmah pada surat Madaniyah dalam al-Qur’an terdapat terdapat 5 (lima) surat. Memperhatikan kata hikmah pada surat Madaniyah di atas pada umumnya banyak berhubungan pengertian ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dicermati pada surat al-Baqarah ayat 129, 151, 231, dan 269 terdapat dua kali (2/87) surat Ali Imran : 48, 81, dan 164. (3/89). Hikmah pada ayat Madaniyah di atas dirangkaikan sebagai prinsip normatif yang mengatur kehidupan manusia, dapat dicermati dari surat al-Baqarah: 269, (2/87), surat Lukman 12 (31/57) dan Bani Israil 39. (17/50). Selanjutnya hikmah yang dirangkaikan dengan kekuasaan dipahami sebagai kualifikasi pemimpin seperti terdapat pada surat al-Baqarah: 251 (2/87), surat Shad: 20. (38/38), dan surat al-Ahzab 34 (33/90), hikmah dirangkaikan sebagai peringatan-peringatan melalui kisah-kisah pada surat al-Ahzab ayat 5 (54/37) dan akhirnya hikmah berkonotasi sebagai sunnah Nabi, terlihat pada surat al-Jumu’ah ayat 2 (62/110).<br />
<br />
Memperhatikan pemahaman kata hikmah pada surat Makkiyah dan Madaniyah di atas dapat dipahami bahwa tuturan kata tersebut berkonotasi informasi dalam al-Qur’an, faham, akal, ketelitian dalam pengamalan dan hukum, pengetahuan tentang Allah, petunjuk yang membawa kepada amal dan ilmu, mu’jizat dan komunikasi yang lancar serta menyentuh jiwa. Sedangkan pada pemahaman yang muncul dari kata hikmah pada surat Madaniyah adalah; sebagai ilmu nafi’ (bermanfaat) yang menerangi manusia kepada jalan Allah Swt.<br />
<br />
Berangkat dari pemahaman di atas dalam memahami hikmah pada surat al-Nahl;125, maka para ilmuan dakwah terinspirasi mengiring pengertian tersebut kepada pengertian metode operasional dakwah Islam, antara lain: Membawa kebenaran dengan ilmu dan akal atau meletakan sesuatu pada tempatnya. Yaitu menyesuaikan kemampuan akal para mad’u (penerima dakwah) dengan kondisi dan situasi yang mengintarinya. Bila dicermati pengertian ini berarti metode hikmah adalah cara-cara membawa orang lain kepada ajaran Islam melalui ilmu dengan pendekatan filosofis, analisis, logis dan sistematis. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Muhammad Abduh bahwa hikmah sebagai ilmu shahih dan ilmu nafi’, sementara Hamka, memahami hikmah dengan ilmu, misalnya ilmu yang diberikan oleh Allah kepada Thalut dan kepada Nabi Daud, sehingga dengan ilmunya mereka dapat menjadi pemimpin untuk umatnya dengan gaya kepemimpinan yang ‘arif dan bijaksana.<br />
<br />
Nampaknya pengertian di atas lebih lengkap, bahwa al’aql bukan hanya kesanggupan mengenal sesuatu, akan tetapi dapat membuat keputusan-keputusan tertentu berdasarkan perolehan dari sesuatu yang telah dikenal atau diketahui. Pengertian ini sekaligus telah menjawab bahwa akal sebagai alat dalam proses mengetahui, berfikir dan bernalar. Dengan demikian secara ilmiah sasaran dakwah dengan metode hikmah adalah memberikan pencerahan kepada akal mad’u dalam menerima dan memahami ajaran Islam yang terdapat pada nash melalui empat kategori penalaran.<br />
<br />
Pendayagunaan <i>al-aql</i> berdasarkan uraian tentang penalaran di atas, ada implikasi yang hendak dicapai sebagai target seruan al-Qur’an, yaitu:<br />
<br />
(1). Al-Qur’an mentargetkan dalam seruannya untuk mempergunakan akal (al-aql) secara optimal dalam upaya mengajak orang lain, karena akal merupakan bagian penting dari manusia, yang dengannya mereka dapat mengetahui dan mengambil keputusan. Bahkan al-Qur’an memuliakan akal dan mengulang kata ini 49 kali dalam berbagai surat dan ayat.<br />
<br />
(2) Pemakaian kata al-aql secara keseluruhan ditargetkan oleh al-Qur’an adalah mengacu pada perannya untuk mencegah manusia dari perbuatan destruktif terhadap dirinya, karena itu al-Qur’an menyerukan untuk menfungsikan akal kepada hal-hal yang bermanfaat, terpuji dan benar. Disamping itu al-Qur’an juga menunjukkan tentang penggunaan akal secara tidak terpuji seperti yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan orang munafik, misalnya terdapat pada surat al-Maidah 58.<br />
<br />
Hikmah adalah merupakan suatu terma tentang metode dakwah, seakan-akan ayat tersebut berusaha menunjukkan metode dakwah praktis kepada juru dakwah yang bermaksud menunjukkan kepada manusia jalan benar yang harus mereka ikuti dan mengajak manusia sebanyak mungkin untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar. Atas dasar itu maka hikmah berjalan pada metode yang realitas (praktis) dalam melakukan suatu perbuatan. Artinya memperhatikan realitas yang terjadi diluar, baik pada tingkat intelektualitas, pemikiran, psikologis, sosial, budaya, politik dalam masyarakat. Semua itu diselaraskan sesuai dengan persoalan yang mengintarinya. Hal ini relevan dengan ungkapan Ali bin Abi Thalib dalam menyampaikan ajaran Islam agar berkomunikasilah dengan manusia sesuai dengan kadar akalnya.<br />
<br />
Kata hikmah jika dikaitkan dengan kata dakwah, akan ditemukan bahwa keduanya merupakan peringatan penting kepada juru dakwah untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja dalam berdakwah. Sebaliknya juru dakwah menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap agama Islam. Sebab jika tidak demikian dakwah Islam tidak akan berhasil menjadi suatu wujud yang riil jika metode dakwah yang dipakai untuk menghadapi orang bodoh sama dengan yang dipakai untuk menghadapi orang terpelajar dan sebaliknya. Sebahagian orang hanya memerlukan iklim dakwah yang penuh gairah dan berapi-api, semetara yang lain memerlukan iklim dakwah yang sejuk dan seimbang yang memberikan kesempatan bagi intelek untuk berfikir dan bagi batin untuk mendapatkan ketenangan. Pada sisi lain diperlukan mempresentasikan materi dakwah lewat pembahasan yang rinci, sedangkan pada kesempatan lain diperlukan menyampaikan secara garis besarnya saja, sementara rinciannya diberikan pada kesempatan mendatang.<br />
<br />
<i>(Bersambung)</i></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-52334420716452738832013-04-06T19:17:00.000+07:002013-11-12T12:10:21.677+07:00Mengenal Metode Dakwah; The Method is Massage (Part 1)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJjTtXgnQ5EDuETpEGQUzISjGmYdLUXBLF-Dj6RSwJSzdN8C35dxoacKHzKAhBIbzQvZpo0FUvvOG-6mIE_V-4eby1EdOmbfSOmhXpmbasS1dmQgQ8WwNSetCIX-3V_2BJXc31uosayng/s1600/Pintu+Khazanah+Nabi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Metode Dakwah" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJjTtXgnQ5EDuETpEGQUzISjGmYdLUXBLF-Dj6RSwJSzdN8C35dxoacKHzKAhBIbzQvZpo0FUvvOG-6mIE_V-4eby1EdOmbfSOmhXpmbasS1dmQgQ8WwNSetCIX-3V_2BJXc31uosayng/s200/Pintu+Khazanah+Nabi.jpg" title="Pintu Ilmu" width="149" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ditulis oleh Mega Sufriana, MA<br />
<br />
ABSTRAK<br />
<br />
Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya. Suatu pesan betapa baiknya, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan tersebut bisa jadi ditolak oleh penerima pesan, bahkan bisa mengaburkan maksud materi yang ingin disampaikan. Ilmuan komunikasi menyebutnya dengan <i><b>the methode is massage</b></i>. Sehingga kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan memakai metode dakwah sangat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan menerapkan ajaran Islam dalam masyarakat.<br />
<br />
I. PENDAHULUAN<br />
<br />
Aktifitas dakwah merupakan satu bagian yang pasti ada dalam kehidupan beragama sepanjang waktu. Di dalam al-Qur’an dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya, baik dilakukan secara pribadi ataupun dilaksanakan secara kolektif. Dengan demikian eksistensi dakwah bukan hanya sekedar usaha agar orang lain dapat memahami agama dalam kehidupannya, akan tetapi jauh lebih penting dari itu, yaitu; melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh dan konfrehenshif dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk mencapai kearah tersebut sudah pasti semua unsur dakwah harus mendapat perhatian serius para juru dakwah. Namun betapapun baiknya sebuah materi, media, audience dan da’inya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari dakwah itu sendiri, jika tidak mempergunakan metode, maka ajaran Islam yang dikembangkan akan berada pada tataran pengetahuan bukan pada aspek aplikasi dan pengamalannya.<br />
<br />
Juru dakwah dalam upaya merealisasikan tujuan di atas, telah melakukan berbagai usaha dan pendekatan. Dalam bentuk usaha nyata adalah melalui ceramah, diskusi, bimbingan dan penyuluhan, nasehat, keteladanan, atau panutan dan lain-lainnya. Sedangkan pendekatan yang dilalui adalah pendekatan sosiologis, antropologis, psikologis, komunikasi masa dan moderen, dengan berbagai teknik seperti seminar, lokakarya, simposium, sarasehan dan lain sebagainya. Nampaknya ajaran Islam belum memberikan warna kepada penganutnya secara kaffah, bahkan belum terlihat dan didapati kegiatan dakwah yang dilakukan didasari kepada pedoman dan metode dari petunjuk al-Qur’an yang pernah di terapkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw.. baik ketika Nabi berhadapan dengan kaum kafirun Makkah maupun terhadap kaum munafiqun Madinah, ataupun kepada umat Islam secara keseluruhan.<br />
<br />
Perspektif dakwah dalam al-Qur’an, tidak hanya sekedar mengatur kegiatan dakwah, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu al-Qur’an memberikan metode tertentu dalam menghadapi masyarakat tertentu pula. Secara umum al-Qur’an telah menuntun Nabi kearah tercapainya sosialisasi ajaran Islam dalam kurun waktu +- 23 tahun. Semua itu didukung oleh metode yang akurat, efektif dan effesien serta berpegang kepada prinsip atau azas metode yang dituturkan oleh Allah Swt. Secara leterlek didalam al-Qur’an tidak ditemukan kata yang persis sepadan dengan istilah metode, namun jika dimaksudkan metode, adalah cara-cara yang diterapkan Allah kepada Nabi Muhammad dalam menyampaikan ajaran Islam kepada keanekaragaman masyarakat dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang mengintarinya. Karena hampir semua kegiatan dakwah yang tidak mempergunakan metode dalam melaksanakan dakwah kepada masyarakat.<br />
<br />
II. METODE DAKWAH DALAM SURAT AL-NAHL 125 DAN MODEL-MODELNYA<br />
<br />
Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan . Di dalam bahasa Inggris ditulis dengan method, yaitu: 1. a way of doing anything; mode; procedure, process; epecially, a reguler, orderly devinite procedure or way of teathing, investigating, etc.; 2. Regularity and orderlines in action, thought, or expresion; system in doing thing or hendling ideas; (and) 3. Reguler, orderly arrangement. Dalam Bahasa Arab diterjemahkan dengan thariqat dan manhaj. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti “cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam hal ini Hendry Van Lear, secara etimologis mengemukakan bahwa metode adalah jalan atau cara melakukan atau membuat sesuatu dengan sistem dan melalui prosedur untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang dimaksud.<br />
<br />
Pengertian metode di atas, nampaknya dapat digunakan kepada berbagai objek, baik berhubungan dengan pemikiran dan penalaran akal, atau menyangkut pekerjaan fisik. Sehigga dapat dikatakan salah satu sarana atau media yang sangat penting untuk menyembatani antara pemikiran yang dimiliki oleh subjek untuk ditransmisikan kepada objek dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.<br />
<br />
Dalam bidang keilmuan, metode selalu berarti cara prosedur dari yang diketahui menuju yang tidak diketahui, dari titik pijak tertentu menuju proposisi-proposisi akhir dalam ilmu yang ditentukan. Dalam ilmu-ilmu normatif metode mengindikasikan jalan menuju norma-norma yang mengatur perbuatan sesuatu. Sehingga dengan demikian metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu, supaya kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah, agar mencapai hasil optimal. Atau sebagaimana yang diungkap Ahmad Tafsir, bahwa metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Tepat dan cepat dalam hal ini ukurannya sangat varian sekali, karena sesuai dengan kondisi orang, tempat, materi, media dan sosial-budaya yang mengintarinya.<br />
<br />
Dalam berbagai buku ilmu dakwah yang ada, ketika membahas metode dakwah, pada umumnya merujuk kepada surat al-Nahl ayat 125;<br />
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Allahmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Allahmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.<br />
<br />
Pada ayat ini bukan hanya berbicara seputar metode dakwah, akan tetapi meliputi faktor-faktor lainnya, yaitu tentang subjek, materi yang disampaikan. Bahkan secara tersirat juga terkandung objek dakwah, karena perintah dakwah dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw., maka yang disuruh panggil oleh Allah kepada Nabi adalah umat manusia, namun tidak terlihat pada ayat dimaksud pembicaraan seputar media dakwah, tetapi hal itu bukan mengurangi fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Fakhr al-Din al-Razi (544-606 H) dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini berisikan perintah dari Allah Swt. kepada Rasul Saw. untuk menyeru manusia (kepada Islam) dengan salah satu dari tiga cara; yaitu dengan hikmah, maw’izhah al-hasanah dan mujadalah bil al-thariq al-ihsan. Pendapat yang senada dipertegas oleh Sayyid Quthb, bahwa upaya membawa orang lain kepada Islam hanyalah melalui metode yang telah ditetapkan oleh Allah dalam al-Qur’an. Ketiga metode itu disesuaikan dengan kemampuan intelektual masyarakat yang dihadapi, bukan berarti masing-masing metode tertuju untuk masyarakat tertentu pula, akan tetapi secara prinsip semua metode dapat dipergunakan kepada semua lapisan masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>(Bersambung)</i></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-74986376524208500132013-04-02T23:40:00.001+07:002013-11-12T12:11:32.748+07:00Arti Kesungguhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG67cw5ZLAlDprzYCNbJDQW2Jws6Y4jtBeopWJ13xYxxtX_ErbPef3lmJxr7mXK_ClG1OSKemE2kftIw4CDIvgyI68dPMPn8uw_D8kTDvosjbrFeIZHZ0m4Gu1r3jgkoskrd4Xt_ZpgTU/s1600/jatuh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Jatuh bangun" border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG67cw5ZLAlDprzYCNbJDQW2Jws6Y4jtBeopWJ13xYxxtX_ErbPef3lmJxr7mXK_ClG1OSKemE2kftIw4CDIvgyI68dPMPn8uw_D8kTDvosjbrFeIZHZ0m4Gu1r3jgkoskrd4Xt_ZpgTU/s200/jatuh.jpg" title="Jatuh bangun" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidaklah mudah mencari ide untuk menulis bagi pemula seperti saya. Dibutuhkan situasi-situasi tertentu untuk mencairkan kebekuan pemikiran. Namun saya bukanlah orang yang mudah menyerah begitu saja. Sebenarnya ini bukanlah oretan-oretan tulisan pertama saya, akan tetapi pertama kali nya untuk saya publikasikan.<br />
<br />
Saya teringat sebuah ungkapan Arab popular yang menjadi salah satu acuan saya ketika merasa semua yang saya jalani tidaklah mudah, tidaklah gampang, dan tidaklah sempurna. Terkadang adakalanya saya merasa, apa yang saya lakukan begitu berat dan begitu sulit untuk dilalui. <br />
<br />
Kata yang saya maksud tadi adalah <span style="color: #38761d;"><b>“man jadda wajada”</b></span> barang siapa yang bersungguh-sungguh ia akan mendapat atau berhasil. Bersungguh-sungguh dapat diartikan sebagai usaha yang berkesinambungan tanpa mengenal kata lelah. Sebagai contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak akan berhasil dalam melaksanakan ujian bila dia tidak belajar secara sungguh-sungguh. Demikiaan juga halnya dengan perolehan rezki. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah SWT memang telah mengatur jodoh, maut, dan termasuk rezki seseorang sebelum dilahirkan ke dunia. Akan tetapi dapat dipahamni bahwa yang urusan itu pun telah diserahkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. Sebagai contoh, seseorang tidak akan mendapat rezki bila dia tidak berusaha. Rezki tidak akan datang kepadanya bila hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan. Dalam hal kesungguhan ini manusia juga harus menggunakan logika dan ilmu pengetahuan yang di punya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak hanya kata <b><span style="color: #38761d;"><i>man jadda wa jada</i></span></b>, ada juga sebuah kalimat yang akrab di lingkungan masyarakat kita yaitu “dimana ada kemauan di sana ada jalan”, <b><i><span style="color: #38761d;">where there is a will there is a way.</span></i></b> Tentunya para pembaca tidak asing lagi dengan kalimat ini. Seonggok kalimat "Dimana ada kemauan di sana ada jalan", saya pahami bahwa hidup ini tidak akan hanya cukup dengan berdiam diri saja, menerima apa saja yang terjadi, mengakrabkan diri dengan kata merelakan, dan mengikhlaskan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemauan adalah keinginan yang harus digapai dengan usaha-usaha (<i>ikhtiar</i>) dan tentunya doa. Ketika kita merasa telah melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, akan tetapi hasilnya jauh dengan apa yang kita inginkan, maka cobalah memahami bahwa masih ada kata yang terbaik dari dari yang baik yang paling penting adalah kita berusaha dan berdoa. <br />
<br />
<br />
***<i>little motivation for u friend, mey be useful</i></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-46050228056196998832013-04-01T18:00:00.000+07:002013-11-12T12:12:11.669+07:00Children Learn What They Live<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi54cnQmEhC5xhwR0djt1eiYfmN_hyphenhyphenpAx3eWrt-9BPb7GF74fRe5wS8AWfDjxRYnFFvV0U28bRJoBTLq_Hi9lMjlnThuU0mViONp_QG7SatvyGrLs42fwsCrXXtbJ7rfDgRieXLiUrbUqk/s1600/CLWTL.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ibu dan Bayi" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi54cnQmEhC5xhwR0djt1eiYfmN_hyphenhyphenpAx3eWrt-9BPb7GF74fRe5wS8AWfDjxRYnFFvV0U28bRJoBTLq_Hi9lMjlnThuU0mViONp_QG7SatvyGrLs42fwsCrXXtbJ7rfDgRieXLiUrbUqk/s200/CLWTL.jpg" title="Ibu dan Bayi" width="200" /></a></div>
<i>If children live with criticism, they learn to condemn.</i><br />
jika anak dibesarkan dalam celaan, ia belajar untuk menghakimi.<br />
<br />
<i>If children live with hostility, they learn to fight.</i><br />
jika anak dibesarkan dengan kekerasan, ia belajar memberontak.<br />
<br />
<i>If children live with fear, they learn to be apprehensive.</i><br />
jika anak dibesarkan dalam kekuatiran, ia belajar untuk cemas akan segala sesuatu.<br />
<br />
<i>If children live with pity, they learn to feel sorry for themselves.</i><br />
jika anak sering dikasihani, ia belajar untuk meratapi diri.<br />
<br />
<i>If children live with ridicule, they learn to feel shy.</i><br />
jika anak selalu dicemooh, ia belajar untuk menyesali diri.<br />
<br />
<i>If children live with jealousy, they learn to feel envy.</i><br />
Jika anak dibesarkan dengan rasa dengki, ia belajar iri hati dan tak pernah puas.<br />
<br />
<i>If children live with shame, they learn to feel guilty.</i><br />
jika anak selalu dipermalukan, ia menjadi mudah tertuduh.<br />
<br />
<i>If children live with encouragement, they learn confidence.</i><br />
jika anak dibesarkan dalam dukungan, ia belajar untuk percaya diri.<br />
<i><br />If children live with tolerance, they learn patience.</i><br />
jika anak dibesarkan dalam pengertian, ia belajar apa arti kesabaran.<br />
<br />
<i>If children live with praise, they learn appreciation.</i><br />
jika anak banyak menerima pujian dan penghargaan, ia belajar untuk menghargai.<br />
<br />
<i>If children live with acceptance, they learn to love.</i><br />
jika anak dibesarkan dalam penerimaan, ia belajar mengasihi.<br />
<br />
<i>If children live with approval, they learn to like themselves.</i><br />
jika anak tidak banyak dikekang, ia belajar untuk mencintai dirinya.<br />
<br />
<i>If children live with recognition, they learn it is good to have a goal.</i><br />
jika anak dibesarkan dalam pengertian, ia belajar untuk menetapkan tujuan.<br />
<br />
<i>If children live with sharing, they learn generosity.</i><br />
jika anak hidup dalam berbagi, ia belajar untuk murah hati.<br />
<br />
<i>If children live with honesty, they learn truthfulness.</i><br />
jika anak hidup dalam kejujuran, ia akan terbiasa dengan kebenaran.<br />
<br />
<i>If children live with fairness, they learn justice.</i><br />
jika anak dibesarkan dalam keadilan, ia belajar berbuat adil.<br />
<br />
<i>If children live with kindness and consideration, they learn respect.</i><br />
jika anak dibesarkan dalam kasih dan pengertian, ia belajar untuk menghargai.<br />
<br />
<i>If children live with security, they learn to have faith in themselves and in those about them.</i><br />
jika anak hidup dalam rasa aman, ia belajar untuk mempercayai diri sendiri dan orang lain.<br />
<br />
<i>If children live with friendliness, they learn the world is a nice place in which to live.</i><br />
jika anak selalu diperlakukan dengan bersahabat, ia belajar memandang dunia sebagai tempat yang menyenangkan untuk ditinggali.<br />
<br />
Copyright© 1972 by Dorothy Law Note </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-56090993610259148402013-04-01T11:49:00.000+07:002013-11-12T12:13:09.818+07:00Pilihanmu Bukan Takdir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLr0rn1kydJD35eSw-D6U8-5_s0VNp4FMQbh5vbXQ03pn4-gJr0AnHg06Bdz9IajpgDmoxsPuV_uvrZfNZh9nmXtDRYEzHxU6Stmw9L-j6NcvCzUX_xLT4h8eJ_h8i5rdYehNBknonEKo/s1600/BingungJodoh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Galau Takdir" border="0" height="147" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLr0rn1kydJD35eSw-D6U8-5_s0VNp4FMQbh5vbXQ03pn4-gJr0AnHg06Bdz9IajpgDmoxsPuV_uvrZfNZh9nmXtDRYEzHxU6Stmw9L-j6NcvCzUX_xLT4h8eJ_h8i5rdYehNBknonEKo/s200/BingungJodoh.jpg" title="Galau Takdir" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Siang ini cuaca Kota Padang, Sumatera Barat cukup menyengat kulit, disebabkan dalam beberapa minggu ini cuaca dalam masa transisi atau pancaroba. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pancaroba adalah masa peralihan antara dua musim utama di daerah iklim muson, yaitu antara musim penghujan dan musim kemarau (biasa terjadi pada bulan Maret dan April). Masa pancaroba biasa ditandai dengan tingginya frekuensi badai, hujan sangat deras disertai guruh, serta angin yang bertiup kencang. Pada masa pancaroba biasanya frekuensi orang yang menderita penyakit saluran pernapasan atas, seperti pilek atau batuk, relatif meningkat. Perubahan cuaca ini tentunya juga ditandai dengan peralihan musim buah-buahan seperti rambutan, manggis, dan bahkan durian.<br />
<br />
Hhhmmm,, seperti biasa setiap jam 4 pagi jam di sudut kanan ranjangku dengan setia mengeluarkan suara merdunya..kringg….kringg…kringgg, bunyi ini pertanda bahwa aku harus segera bangun dan memulai ativitas. Biasanya peralihan waktu antara pukul 4 ke pukul 6 pagi tidak terlalu terasa bagiku, karena begitu runtutnya aktivitas yang biasanya aku jalani.<br />
<br />
Pagi ini adalah hari Sabtu, hari yang aku tunggu, begitu tergesa-gesanya aku ketika melirik alrojiku sudah menunjukkan tepat pukul setengah sembilan pagi, bagaimana tidak, pukul 9 adalah janji yang telah aku ucapkan untuk menemui seseorang di sebuah sudut kecil di kota ini. Aku memutuskan berangkat menggunakan angkot yang biasa aku gunakan ketika berpergian. Memang menggunakan transportasi umum ini jauh lebih menyenangkan bagiku ketimbang harus mengendari sepeda motor yang beberapa hari ini mulai akrab denganku.<br />
<br />
**<i>Hai rasanya aku kenal deh,,,</i> suara itu begitu jelas terdengar dari arah sampingku. Spontan aku melirik kearah suara itu. Seorang wanita yang menggenakan <i>pashmina</i> bewarna orange bercak hitam begitu luwes memberikan senyumannya kepada ku. Spontan aku berbalik arah dan menyapa, <i>haiiii miraaa,, apa kabar? Subhanallah kita bertemu disini,</i> sahutku. Hhmmm... benar-benar pertemuan yang tak terduga. Tepatnya 7 tahun yang lalu, saat kami masih bersama-sama menjalankan aktivitas sebagai seorang siswa <i>Madrasah Tsanawiyah</i> Model di kota ini. Dan hari ini 7 tahun telah berlalu, namun serasa baru kemaren terjadi. (hohoho memang waktu begitu cepat berlalu).<br />
<br />
**Kami pun terlibat pembicaraan hebat dan seolah kami merasa hanya berdua saja di atas angkot tersebut. <i>Mau kemana Mir?? Kerja dimana sekarang?? Apa masih tinggal di tempat yang lama??</i>, tentunya pertanyaan aku ini terlalu buru-buru,, tapi entahlah mungkin karena sudah terlalu lama kami tidak berjumpa. Dengan wajah ayu nya yang tenang (masih seperti terakhir kali aku melihatnya) dia menjawab, <i>Aku mau ke rumah mertuaku, Aku sekarang jadi ibu dari 2 orang putra, dan Aku tinggal bersama dengan keluarga suamiku,</i> jawaban yang diberikan dengan penuh ketenangan tentu membuat aku terdiam sejenak, karena dalam pikiranku agak sedikit berbeda dengan apa yang disampaikannya. <i>Haaiii bagaimana denganmu,, mau kemana???</i> Kami saling bertatapan dan tersenyum. <i>Ya aku mau bertemu teman, ya teman lama, teman waktu kuliah dulu</i>. Jawaban singkat yang aku berikan seolah begitu dipahaminya dengan penuh senyuman. Pembicaraan kami pun mengalir, begitu tenang dan begitu runtut mengenang masa 7 tahun silam. Pada akhirnya pembicaraan kami terhenti karena kami punya tujuan dan arah yang berbeda.<br />
<br />
**<i>Kiriii Da!!</i> Serangkai kata yang biasa digunakan untuk memberhentikan angkutan umum di kota ku. Aku sudah sampai di tempat tujuan dan memutuskan langsung masuk ke sebuah kafe di seberang jalan, sebuah tempat yang telah kami sepakati untuk bertemu. Sedikit grogi tentunya karena kami telah berpisah setelah sama-sama menyelesaikan studi di salah satu perguruan tinggi di kota ini. Sebut saja nama sahabat aku itu, Lusi, dan hari ini kami akan bertemu.<br />
<br />
**Tanpa aba-aba seorang wanita muda dengan menggunakan seragam menghampiriku dengan membawa selembar kertas bertuliskan “menu special”,, tentunya menuku masih sama ketika mendatangi kafe ini beberapa waktu yang lalu, karena begitu pas dengan lidahku. Seperti biasa nasi goreng spesial khas kafe ini menjadi pilihanku untuk bersantap siang. Aku mencoba menelisik isi tas untuk mengambil handphone dan bermaksud untuk mengirimkan pesan singkat. Namun belum selesai aku mengetik pesan singkat tersebut, suara yang sangat akrab di telingaku mengalun menyebutkan sebuah nama kecil panggilanku,,,,,,. Aku sontak berdiri berbalik arah dan spontan merentangkan tangan untuk merangkulnya. Tentu sebuah bahasa pelukan pertanda bahwa kami masih saling merinduuu…..<br />
<br />
**<i>Sudah dari tadi ya,, maaf agak macet menjelang ke sini, </i>Lusi mencoba berapologi. <i>Gak kok, baru juga nyampe,</i> sahutku. Ini adalah kalimat pembuka pertemuan kami hari ini. <i>Mau pesan apa?</i> sapaku. <i>Menu biasa dong say,, </i>Lusi tersenyum dengan kerlingan centil khasnya. Tanpa kami sadari wanita muda berseragam tadi pun sudah berada kembali di dekat kami dan dengan sigap mencatat apa yang kami pesan.<br />
<br />
<i>Enaknya kita ngumpul bareng-barengkan!!</i> aku berusaha mencairkan suasana. <i>Ya benar tu! </i>Lusi menjawab dengan kalem. <i>Ya,, tapi mau gimana sekarang teman-teman dah pada sibuk dengan kegiatan masing-masing,,</i> sahutku. <i>Ya,, tapi aku masih bersyukur hari ini bisa bertemu kamu. Oh ya katanya sekarang tinggal di ibu kota ya? gimana enak gak disana?</i> sapaku. <i>Ya lumayanlah, namanya juga tinggal di kota besar, ya gituhh. Mang di sana tinggal sama orang tua ya?</i> <i>Gak lah say aku tinggal sama saudara,, tepatnya kakak dari ibuku. </i>Pembicaraan kami terus mengalir dan sesekali diselangi dengan canda tawa.<br />
<br />
Dan di sela canda tawa itu,,, <br />
<i>Say??Aku bulan depan insyaallah akan menikah.</i> Kalimat yang terlontar dari lidah Lusi sedikit mengagetkanku. <i>Apa? Kamu serius?? Selamat ya, nikah Sama siapa tuuu?? Cieeeee...</i><br />
<br />
<i>Ya,, tepatnya tiga minggu yang lalu aku dikenalkan dengan teman kantor adik sepupu ibuku, dia sengaja datang kerumah untuk berkenalan denganku,,</i> Lusi mencoba menjelaskan.<br />
<i>Trus?? orangnya ganteng,,gak???</i> sahutku sambil memasang wajah penasaran. <i>Ganteng dong, kata tanteku dia mirip salah satu artis ibu kota,,hahaha….</i>(kami pun tertawa lepas).<br />
<br />
<i>Apa kamu sudah yakin??</i> Pertanyaan spontan yang mengalir dariku membuat sahabatku terdiam, diam yang sama seperti dulu, ketika dia bingung dalam melakukan sesuatu. Entahlah tapi mungkin ini hanya perasaan ku saja. <i>Maaf say!!</i> Aku mencoba meminta maaf.<br />
<i>Hhmm,, aku memang belum yakin,, tapi berusaha menyakinkan diri</i> (kami pun sama-sama terdiam). <br />
<br />
Akupun bingung,, apakah pertanyaan tadi menyinggung perasaannya, aku mengulangi lagi kata maafku. <i>Maaf sayyy,, aku tadi tidak bermaksud apa-apa.</i> <i>Kamu ini gimana, kita sudah berteman lebih dari lima tahun, aku sudah mengganggap kamu seperti saudara sendiri. Ya, tapi aku gak enak jadinya, </i>sahutku. <i>Sudahlah toh,,, kata orang cinta bisa datang belakangan yang penting dijalankan sebaik mungkin.</i> <i>Hhmm,, ya deh aku doakan semoga pilihanmu adalah yang terbaik bagi dirimu, agamamu, keluargamu, dan lingkunganmu. :)</i><br />
<br />
#Kumandang muazin terdengar begitu jelas di sudut jalan, sedikit mencairkan kebekuan pembicaraan kami tadi. <i>Kita shalat dimana?? </i>Lusi membuka suara. <i>Bagaimana kalau di masjid seberang jalan sana, kan tidak terlalu jauh dari sini, </i>kataku. <i>Ayoklah!!</i><br />
<br />
##Kami pun memutuskan untuk shalat berjamaah. Selesai shalat kami sengaja untuk tidak terburu-buru keluar masjid. Hmm.. seperti kebiasan lama ketika masih duduk di bangku kuliah, sehabis shalat zhuhur berjamaah di masjid kampus kami tentu tak lupa untuk beristirahat sambil membaringkan badan, berceloteh tentang apa saja.<br />
<br />
<i>Sayyy?! tau gak aku masih bingung. Bingung kenapa, Lusi? </i>jawabku. <i>Bingung dengan apa yang akan aku jalankan setelah ini. Dulu aku bercita-cita mempunyai karir yang bagus, berpenghasilan tetap, dan tentunya yang paling penting menikah dengan orang yang aku kenal dan aku cintai, bukan dengan orang yang baru aku kenal dan tidak aku cintai. </i>Nada suara Lusi semakin tendengar lirih.<br />
<br />
Aku terdiam cukup lama mendengarkan sepenggal kalimat terakhir yang keluar dari mulut sahabat yang telah aku anggap seperti saudara itu, tapi aku berusaha merangkai kata supaya apa yang aku ucapakan tidak menyinggung perasaannya. <i>Lalu kenapa kamu memutuskan untuk menikah dengannya???</i> Aku mencoba bertanya lebih hati-hati. <i>Aku gadis biasa, dengan pendidikan yang biasa, punya keluarga dari keluarga yang sederhana,</i> Lusi menjelaskan. <i>Lalu Apa hubungannya sayyy,.?</i> sahutku. <i>Ya,, kalau aku menikah dengannya tentu aku tidak harus memikirkan kerasnya kehidupan dan derasnya gelombang kehidupan ini</i>, Lusi menimpali.<br />
<br />
<i>Apa kamu sedang berbicara tentang materi, kawan????</i> <i>Apa yang kamu bicarakan tentang kehidupan dunia??</i> Aku terus memburu Lusi dengan berjibun pertanyaan. <i>Tidak,, tentu saja tidak semuanya tentang itu,, kamu tau dulu kita pernah sama-sama berjanji tidak akan jatuh cinta sebelum kita benar-benar menemukan cinta sejati dalam ikatan suci pernikahan??? </i>Lusi menatapku dalam-dalam. Hal itu membuatku sedikit terbata memberikan jawaban, <i>Ya, tentu aku masih ingat. </i><br />
<i>Tapi setelah aku memutuskan pindah dan bekerja di ibu kota, aku bertemu seseorang lalu jatuh cinta,, benar-benar jatuh cinta. Tapi kamu tau apa yang terjadi, cinta yang aku rasakan hanyalah cinta dunia baginya. Dan aku benar-benar kecewa.</i> Aku cukup kaget mendengar pemaparan sahabatku yang satu ini. <i>Lalu apa hubungannya dengan kamu memilih untuk menikah dengan orang yang baru kamu kenal itu??</i> Aku terus memburu Lusi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedikit menusuk. <i>Mungkin karena takdir,</i> Lusi menjawab lirih.<br />
<br />
Desiran halus menjalar ke seluruh tubuhku mendengar jawaban itu,,, lalu dia melanjutkan pembicaraannya. <i>Kamu tau kan, takdir akan jodoh, maut, dan rezki itu sudah ada semenjak kita belum ada, sudah begitu apiknya di catatkan oleh yang Maha Pengasih. Itulah pilihan kenapa aku memilihnya….. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Terus apa yang membuatmu masih bingung untuk menikah dengannya,, bukankah kamu begitu meyakini akan takdirmu??</i> Aku semakin tak sabar untuk mengajukan berjuta pertanyaan kepada Lusi.<br />
<i>Aku bingung setelah ini, menjalankan hidup dengan orang yang baru aku kenal, apa dia sungguh mencintaiku,, apa dia benar-benar laki-laki yang bertanggung jawab, bagaimana agamanya?? </i>Tanpa dia sadari tetesan air mata mengalir di pipinya,,, menjatuhkan rintik-rintik air mengenai mukena yang sedang dikenakannya.<br />
<i>Sayyy.....??</i> Aku mencoba merangkulnya dan detik-detik berikutnya dia benar-benar hanyut dalam tangisan,,<br />
<br />
<i>Sayyy, kamu tau,, terkadang hidup memang begitu, tak jarang kita menyalahkan kehidupan yang sedang kita jalani, mengeluh dengan apa yang kita miliki, tapi percayalah Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi apa yang sedang kita butuhkan. Jangan menangis, kalau kamu menganggap ini takdir,, inilah takdir yang terbaik, menikah adalah perbuatan mulia, mencintai atau dicintai adalah urutan dari rentetan waktu yang akan membuktikannya, menjalankan hidup dalam kehidupan adalah sebuah rentetan kisah bagaimana kita dikenang setelah meninggalkan kenangan.</i> Ucapan yang mengalir dari mulutku berbarengan dengan aliran air mata yang tak bisa aku tahan, Tuhan,, benarkah yang sudah aku katakan ini?<br />
<br />
Entahlahh,,, lalu bagaimana denganku,, bagaimana aku harus mengartikan takdirku??<br />
<br />
Jika memang takdir itu sudah ditentukan sejak zaman azali, tapi bukan berarti kita tidak bisa merubahnya. Semua takdir makhluk Allah telah ditulis-Nya di Luh Mahfuz, bisa saja dihapus atau diubah oleh Allah, atau Allah menetapkan sesuai dengan kehendak-Nya. Kemudian yang dapat mengubah takdir yang tertulis dalam Lauh Mahfuz itu hanya doa dan perbuatan baik atau usaha. Nabi Muhammad bersabda: <i>"Tiada yang bisa mengubah takdir selain doa dan tiada yang bisa memanjangkan umur kecuali perbuatan baik."</i> <b>Allahu Akbar !!</b><br />
<i><br />A short story for u friend in the changing season***</i></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-86862254433435565172013-03-31T07:06:00.000+07:002013-11-12T12:20:49.104+07:00Konsep Diri dan Komunikasi Interpersonal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4DOGtTTCKLEPO274ioyctRDPDuttp-KuViXvMg8XT5jKjqz0KkM1gzosIPHymq7qaQDSBmQ2VY0hyfRpWKZZoD-4hESzFPHh59pbVgvEGp5EresVrxlfozQRRsbU8BtjECpSx-mLGvN8/s1600/LGS.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cermin Psikologi" border="0" height="154" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4DOGtTTCKLEPO274ioyctRDPDuttp-KuViXvMg8XT5jKjqz0KkM1gzosIPHymq7qaQDSBmQ2VY0hyfRpWKZZoD-4hESzFPHh59pbVgvEGp5EresVrxlfozQRRsbU8BtjECpSx-mLGvN8/s200/LGS.jpg" title="Cermin Psikologi" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Seseorang tidak hanya menanggapi orang lain, tetapi juga mempersepsi diri mereka sendiri. Hal ini disebabkan diri seseorang sekaligus sebagai pesona penanggap dan pesona stimuli.<br />
<br />
Menurut C. H. Cooley "Seseorang dapat membayangkan dirinya sebagai orang lain yang disebut sebagai <i>Looking Glass Self</i> (diri cermin), seakan-akan menaruh cermin di depan kita."<br />
<br />
Teori <i>Looking Glass Self </i>yang dicetuskan oleh C.H. Cooley antara lain meliputi:<br />
1. Membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain.<br />
2. Membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita<br />
3. Mengalami perasaan bangga atau kecewa, sedih atau malu.<br />
<br />
Mengapa diperlukan mengamati diri sendiri (<i>Looking Glass Self</i>)?<br />
--> Dengan mengamati diri, seseorang sampai kepada gambaran dan penilaian diri yang disebut <b>Konsep Diri.</b><br />
<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri<br />
<b>1. Orang Lain</b><br />
Pada dasarnya tidak semua orang mempunyai pengaruh sama terhadap diri kita. George Herbert Mead menyebutnya (orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap diri seseorang) dengan "<i>significant others</i>" atau orang lain yang sangat penting.<br />
<br />
Siapakah <i>Significant Others</i> yang dimaksud?<br />
-->Ketika masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang -orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan WY Humber menamainya dengan "<i>Affective Others</i>" (orang lain yang mempunyai ikatan emosional dengan kita).<br />
<br />
Bagaimana "mereka" mempengaruhi kita?<br />
a. Dari mereka kita perlahan-lahan membentuk Konsep Diri.<br />
b. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri secara positif.<br />
c. Sebaliknya ejekan, cemoohan dan hardikan membuat kita melihat diri secara negatif.<br />
<br />
<b>2. Kelompok Rujukan (Reference Group).</b><br />
Kelompok Rujukan adalah kelompok yang secara emosional mengikat dan berpengaruh terhadap Konsep Diri kita. Bagaimana hal itu terjadi? --> Dengan melihat kelompoknya, seseorang berusaha menyesuaikan diri dan mengarahkan perilakunya sesuai dengan ciri-ciri kelompoknya.<br />
<br />
Naah,,setelah kita mengetahui faktor-faktor yang membentuk Konsep Diri, selanjutnya kita membahas tentang pengaruh Konsep Diri terhadap Komunikasi Interpersonal.<br />
<br />
Adapun <b>Pengaruh Konsep Diri</b> pada <b>Komunikasi Interpersonal</b> adalah:<br />
1. Nubuat yang dipenuhi sendiri.<br />
Konsep Diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam Komunikasi Interpersonal. Hal ini disebabkan seseorang akan bertingkah laku sesuai dengan Konsep Diri yang dibangunnya. Misalnya; Jika seorang mahasiswa menganggap dirinya rajin, maka ia akan berusaha tidak pernah absen kuliah dan bersungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai yang baik.<br />
Kecendrungan untuk bertingkah laku sesuai dengan Konsep Diri tersebut disebut "Nubuat yang dipenuhi sendiri"<br />
<br />
Kesuksesan seseorang dalam melakukan komunikasi interpersonal tergantung pada kualitas Konsep Diri yang dibangun, positif atau negatif. Seseorang bisa saja mempunyai Konsep Diri positif, atau sebaliknya. Konsep Diri baik positif maupun negatif memiliki ciri-ciri tersendiri, untuk lebih jelasnya dapat dibaca selengkapnya di artikel Konsep Diriku;</div>
Positif atau Negatif?</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2604892511754239867.post-30785063996152833462013-02-15T10:10:00.000+07:002013-11-12T12:13:31.072+07:00Mengapa Mayoritas Orang Tua Sukses Tidak Mampu Melahirkan Keturunan Sukses<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGql1BHUZCes18Jz7rYI9wKh35yOHlVNdQgNaJSh5QnUqVRk27sO4AOkFPF0uy3LGWtCtw0Fd5N1OYOsryQ505CzuUHSjHXRrWxpEflBZ0CxyYKPffSdFV2r9XKGfU8PASAv40AbqxJ18/s1600/suksesss.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Monster" border="0" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGql1BHUZCes18Jz7rYI9wKh35yOHlVNdQgNaJSh5QnUqVRk27sO4AOkFPF0uy3LGWtCtw0Fd5N1OYOsryQ505CzuUHSjHXRrWxpEflBZ0CxyYKPffSdFV2r9XKGfU8PASAv40AbqxJ18/s200/suksesss.jpg" title="Monster " width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah fenomena ini juga sepertinya akan terjadi di keluarga kita?<br />
Apakah faktor penyebab utamanya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada dasarnya semua orang tua memiliki niat baik, namun sering kali niat baik tersebut ditempuh dengan cara yang kurang tepat sehingga hasilnya pun tidak sesuai dengan yang diharapkan.<br />
<br />
Salah satu penyebab mengapa <b>orang tua sukses tidak melahirkan anak-anak sukses</b> adalah karena adanya pandangan orang tua sukses sebagai berikut ini;<br />
<i>"Nanti jika saya sudah menjadi orang sukses, maka saya tidak ingin pengalaman-pengalaman pahit dan getir yang dulu pernah saya alami dan rasakan di masa kecil saya, dialami dan dirasakan kembali oleh anak-anak saya."</i><br />
<br />
Sepintas niat ini kelihatannya memang baik, sebagai wujud cinta kasih orang tua kepada anaknya, padahal pandangan seperti inilah justru menyebabkan kebanyakan orang tua pada akhirnya tidak mampu melahirkan anak-anak yang sukses seperti dirinya atau bahkan lebih sukses lagi.<br />
<br />
Mengapa demikian?<br />
Coba perhatikan kembali baik-baik kalimat berikut; "<i>Saya tidak ingin pengalaman-pengalaman pahit dan getir yang dulu
pernah saya alami dan rasakan di masa kecil saya, dialami dan dirasakan
kembali oleh anak-anak saya."</i><br />
<br />
Sadarkah kita bahwa justru pengalaman demi pengalaman pahit dan getir yang kita rasakan tersebutlah yang telah menempa dan mendidik kita menjadi orang yang tangguh dan tegar dalam mengarungi kehidupan, sehingga kita bisa mencapai kesuksesan seperti yang kita raih saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi jika anak kita tidak lagi kita izinkan untuk bisa merasakan pengalaman demi pengalaman pahit yang dulu pernah kita alami dan rasakan, tentu saja hal ini akak menjadikannya lemah, tidak mandiri dan tangguh seperti kita dahulu, padahal rata-rata orang sukses adalah orang-orang yang berhasil mengatasi kesulitan demi kesulitan hidup dan bukanlah orang-orang yang memiliki banyak kemudahan dan mendapatkan fasilitas yang serba cukup dari orang tuanya.<br />
<br />
Sejarah telah membuktikan bahwa mayoritas orang sukses adalah orang-orang yang hidupnya penuh tantangan dan cobaan dan bukannya penuh fasilitas dan kemudahan.<br />
<br />
Semua cobaan, tantangan, pengalaman getir dan pahit yang kita rasakan, pada hakikatnya adalah sebuah KURIKULUM yang telah dirancang TUHAN untuk membuat seseorang menjadi manusia tangguh dan tegar, yang bermuara kepada kesuksesan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Seorang Jendral Besar Douglas Mc Arthur pernah menulis sebuah surat untuk keluarganya saat berada di Medan Tempur di Asia Timur, yang berjudul Doa untuk Puteraku. Sang Jendral tidak mengijinkan puteranya mendapatkan kemudahan dan fasilitas sebagaimana kebanyakan doa para orang tua yang selalu meminta pada Tuhan agar anaknya selalu diberikan KEMUDAHAN dalam mengarungi hidupnya.<br />
Berikut ini adalah Doa untuk Puteraku dari Sang Jendral Besar yang luar biasa itu.<br />
<br />
<i>Tuhanku...<br />Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.<br /><br />Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.<br />Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.<br /><br />Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.<br /><br />Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.<br /><br />Tuhanku...<br />Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.<br /><br />Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar<br />untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.<br /><br />Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.<br /><br />Tuhanku...<br />Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.<br /><br />Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah<br />namun tak pernah melupakan masa lampau.<br /><br />Dan, setelah semua menjadi miliknya...<br />Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh<br />namun tetap mampu menikmati hidupnya.<br /><br />Tuhanku...<br />Berilah ia kerendahan hati...<br />Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...<br />Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...<br /><br />Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "Tuhan sungguh hidupku tidaklah sia-sia"</i>Posted originally by Ayah Edy,</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://fath-erison.blogspot.com/" target="_blank">Edited by Fath-erison.</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07163085319470912689noreply@blogger.com1