وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia-lah Tuhan Yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana” (QS Ibrohim, 14: 4)
Kawan, Rasul-rasul diutus ke muka bumi sebagai pengemban risalah tauhid, menyebarkan kabar gembira dan memberikan peringatan. Mereka datang menyerukan kebenaran dengan bahasa kaumnya masing-masing. Hal itu semata-mata agar dakwah tersebut dapat dengan mudah dipahami, diresapi, dan diterima.
Jikalau kita menelusur kembali lika-liku jalan dakwah para Nabi dan Rasul, maka akan kita dapati sebuah kisah panjang perjuangan, penolakan, dan penindasan. Hal itu merupakan konsekwensi dari suatu peran yang tengah mereka jalani, sebagai Nabi dan Rasul.
Di zaman yang jauh dari sumber asal, jauh dari "sang penunjuk jalan", dan penuh dengan fitnah yang bertebaran bagaikan udara yang meliputi, sungguh kita dihadapkan pada kondisi yang benar-benar menguji peran kita sebgai "da'i". Tak ada yang bisa mengelak dari peran yang telah diamanahkan sang pemberi amanah, tak ada yang bisa lari dan bersembunyi, meskipun kebanyakan kita tak ambil peduli, berlagak tuli, bahkan tak jarang berbalik menyerang identitas sendiri, yang seharusnya kita pikul dipundak ini.
Laksana matahari terbit dan tenggelam dimakan peradaban zaman, begitu juga nasib sang penyeru. Ia lahir dari rahim timur, dan berakhir ditelan samudera di ufuk barat sana. Singkat memang, bahkan singkat sekali untuk sebuah perjalanan panjang ini. Perjalanan panjang yang tak semua orang berani menapakkan kaki di landasan penuh duri. Yang lahir, tumbuh dan berkembang, lalu dan lalang setiap hari banyak memang., tapi yang mengelak dari peran ini terlalu banyak dibanding yang mau mengemban...
Jikalau jalan panjang itu tak selalu berbuah manis,,
Jikalau landasan itu demikian sesak penuh duri,,
Masih adakah yang rela berlari?
Dalam terpaan badai caci dan maki?
Terkadang kita terlalu sibuk mengumbar aib "sang penyeru",,
Yang juga manusia, takkkan pernah luput dari salah..
Tak pernahkah kita sedikit merenung?
Atau sekedar berkhayal?
Sanggupkah kita melangkah di sana?
Jalan panjang berduri, dicaci, dimaki,
Dihimpit oleh berton-ton beban dipundak ini?
Kawan, pada akhirnya kita melihatnya,,
Tak penting bagaimana kau memulai sebuah jalan itu,,
Selagi kau berusaha, kau akan tiba jua di akhirnya..
Tak terlalu penting pijakan pertamamu itu keliru,,
Selagi kau mampu kembali, DIA tetap menerimamu..
Dan, hari ini,,
Setidaknya menjadi sebuah penjelasan yang menjawab tanya..
Tanya yang mungkin takkan terpuaskan..
Yang akan terus dicari...
Copas dari Fathurrizqi
Masih adakah yang rela berlari?
Dalam terpaan badai caci dan maki?
Terkadang kita terlalu sibuk mengumbar aib "sang penyeru",,
Yang juga manusia, takkkan pernah luput dari salah..
Tak pernahkah kita sedikit merenung?
Atau sekedar berkhayal?
Sanggupkah kita melangkah di sana?
Jalan panjang berduri, dicaci, dimaki,
Dihimpit oleh berton-ton beban dipundak ini?
Kawan, pada akhirnya kita melihatnya,,
Tak penting bagaimana kau memulai sebuah jalan itu,,
Selagi kau berusaha, kau akan tiba jua di akhirnya..
Tak terlalu penting pijakan pertamamu itu keliru,,
Selagi kau mampu kembali, DIA tetap menerimamu..
Dan, hari ini,,
Setidaknya menjadi sebuah penjelasan yang menjawab tanya..
Tanya yang mungkin takkan terpuaskan..
Yang akan terus dicari...
Copas dari Fathurrizqi
0 komentar:
Posting Komentar