Media Dakwah Dalam Perspektif Al-Quran Dan Hadits

| 3 komentar
Manajemen Dakwah
Written By: Mega Sufriana, MA

A. Pendahuluan

Tujuan dakwah sebagai komunikasi adalah memberi informasi tentang agama Islam, tujuan ini bukanlah tujuan final. Perkembangan antara tabligh dan dakwah tidaklah berakhir dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Tabligh dan dakwah itu terus berlangsung selama masih berdiri langit dan bumi, untuk menyampaikan informasi mengenai agama Islam, agar semua orang memperoleh pengetahuan tentang agama Islam dan mengerti tentang Islam.

Sebagai bukti mengerti tidaknya umat ini dengan Islam adalah akan terlihat mereka melakukan kebaikan dan meninggalkan perbuatan tercela. Tidak hanya sebatas itu, akan tetapi kebaikan itu juga akan berimbas kepada keluarga dan masyarakat. Adapun tujuan final dari dakwah tersebut untuk mencapai keselamatan dan kesentosaan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti.

Media dakwah adalah salah satu komponen dakwah yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut. Atas dasar itulah, saya berusaha mengemukakan pembahasan media dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits.

B. Pembahasan

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin, median yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi berarti alat perantara. Menurut Wilbur Schram mendefenisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara khusus yang dimaksud dengan media dakwah adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video, kaset, slide dan sebagainya.

Menurut Hamzah Ya’cub, media dakwah adalah alat objektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah. Sementara itu, Wardi Bachtiar dalam Samsul Munir Amin menjelaskan bahwa media dakwah merupakan perantara yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima materi dakwah. Media yang dimaksud bisa jadi televisi, video, kaset, rekaman, majalah, dan surat kabar.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa media dakwah adalah sarana atau alat untuk mempercepat ide-ide dakwah agar dapat dipahami dan diterima oleh mad’u. Oleh karena itu, media dakwah perlu menjadi perhatian para pelaksana dakwah. Kepiawaian juru dakwah dalam memilih media dakwah yang tepat akan mempermudah penyampaian dakwah.

2. Bentuk-Bentuk Media Dakwah

Ditinjau secara tekstual/eksplisit, memang tidak ditemukan ayat atau hadits yang membicarakan tentang media atau alat apa saja yang dapat digunakan untuk menyampaikan dakwah, tetapi secara kontekstual/implisit banyak isyarat al-Qur’an tentang masalah media ini. Hamzah Ya’cub mengelompokkan media dakwah kepada lima macam yaitu sebagai berikut:

a. Lisan

Di antara media lisan adalah khutbah, nasehat, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah dan lain-lain. Dalam al-Qur’an ditemui isyarat tentang media lisan ini, antara lain Dalam Q.S. al-A’raf ayat 158.

Artinya: Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk."

Dalam surat Yusuf ayat 4:

Artinya: (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."


Dan dalam surat Al-Baqarah ayat 104

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa'ina", tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.


Dalam beberapa ayat tersebut dinyatakan bahwa para Nabi telah menyampaikan dakwahnya pertama kali dengan menggunakan media lisan secara langsung. Termasuk dalam kelompok ini khutbah, ceramah, nasehat, pidato, dan sebagainya, yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau suara.

Menurut Abdul Karim Zaidan dalam Salmadanis, media lisan atau bahasa adalah media pokok dalam menyampaikan dakwah Islam kepada orang lain. Di antara media lisan tersebut adalah khutbah, nasehat, pidato, ceramah, kuliah diskusi, seminar, musyawarah dan lain sebagainya.

b. Tulisan

Dakwah dengan cara tulisan adalah dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamflet, pengumuman tertulis, spanduk dan lain-lain. Secara langsung memang tidak ditemui dalam Al Quran anjuran menggunakan media tulisan sebagai alat dakwah, tetapi secara tersirat dapat dipahami dari satu surat yangterdapat dalam al-Quran, yaitu surat Al Qalam. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa Allah SWT bersumpah dengan huruf nun, sebagai isyarat terpenting tentang peran huruf, pena dan tulisan dalam pelaksaan dakwah islamiyah. Hal ini dapat lebih dipahami dengan menelaah surat Al Qalam ayat 1.

Artinya: Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, dan juga dapat lebih diperkuat dengan memahami surat Al Alaq: 1-5. Rasulullah telah memberi contoh dengan memerintahkan menulis surat yang ditunjukkan kepada kepala-kepala negara yang bukan Islam untuk menyeru mereka agar menerima Islam, seperti surat Beliau kepada Kisra di Persia, Hercules di Bizantium, Mauqaqis di Mesir dan Negus di Ethiopia. Surat Rasulullah itu antara lain berbunyi, “Saya mengajak tuan memperkenankan panggilan Allah, peluklah Islam supaya tuan selamat”. 

Ini menunjukkan bahwa dakwah Rasulullah selain dilaksanakan dengan metode lisan juga dengan tulisan (surat).

c. Lukisan

Metode seperti ini berupa gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film, cerita dan sebagainya. Media ini memang banyak menarik perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu maksud ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain, namun sulit ditemukan isyaratnya dalam al quran.

d. Audio visual

Metode Audio Visual adalah suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam media televisi dan jenis media lainya. Sama juga halnya dengan media nomor 3, tidak begitu jelas diungkapkan dalam Al-Qur’an, barangkali karena Audio visual ini tidak ditemukan di masa Nabi, dengan kata lain media ini adanya pada zaman modern seperti sekarang ini.

Menurut penulis, dakwah yang disampaikan melalui media televisi sangatlah efektif dan mudah untuk masyarakat. Penulis berpendapat bahwa dakwah yang disampaikan lewat televisi jangkauannya sangat luas dan tidak terbatas, pada saat ini bisa dikatakan seluruh masyarakat memiliki media ini, jadi dengan mudah mereka bisa menyaksikan dakwah yang disampaikan seseorang da'i tanpa harus pergi ke tempat dimana da’i tersebut sedang berdakwah. Misalnya dakwah yang disampaikan oleh Bapak Quraish Shihab, K.H. Zainuddin Mz, dan lain-lain.

Alasan lain penulis berpendapat bahwa media televisi sangat efektif sebagai media dakwah adalah karena praktis, semua orang bisa menikmatinya, lain halnya dengan media dakwah melalui media cetak yang dominan menikmatinya hanya golongan pelajar, orang-orang muda, bagi orang yang lanjut usia maka agak sulit untuk menikmatinya secara optimal, ditambah lagi semangat membaca masyarakat sangat kurang.

e. Akhlak

Akhlak di sini ialah perilaku yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media dakwah dan sebagai alat untuk mencegah orang dari berbuat kemungkaran, atau juga yang mendorong orang lain berbuat ma’ruf, seperti membangun masjid, sekolah atau suatu perbuatan yang menunjang terlaksananya syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat.

Dalam Al Quran masalah ini banyak disinggung antara lain dalam surat Al-A’raf ayat 199 yaitu sebagai berikut:

Artinya: Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.

Kemudian dalam Surat Luqman ayat 17 yaitu sebagai berikut:

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Selanjutnya dalam Surat Al-Ahqaf ayat 35 :


Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.


Dalam Surat Hud ayat 88

Artinya: Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.


Dan Surat Al-Shaf ayat 2-3

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Ayat-ayat di atas mencerminkan akhlak yang mesti dimiliki oleh seseorang juru dakwah dalam upaya meyakinkan orang lain kepada ajaran Islam. Mayoritas penganut Islam mempunyai kecendrungan melihat kepada sosok figur. Bila figurnya tidak mempunyai moral, para audiens akan meninggalkannya. Pada sisi lain, media dakwah yang proposional dalam fenomena masyarakat adalah terletak pada sikap dan prilaku para da’i. Figur Muhammad SAW bukan hanya terletak pada keahliannya, akan tetapi akhlaknya yang dapat dijadikan panutan, ikutan bagi umatnya.

f. Budaya

Di samping hal di atas budaya juga dapat dijadikan sebagai media dakwah. Misalnya Aceh dengan kebudayaan atau seninya. Dimana kita ketahui Aceh dengan kesenian tari seribu tangan yang dimilikinya. Karena menurut sejarah orang Aceh, pada zaman dahulu, tari zaman digunakan untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam kepada masyarakat. Begitu juga dengan Minangkabau dengan budaya yang dimilikinya, semuanya bisa dijadikan media untuk berdakwah, salah satunya rabab, bila kita perhatikan bahwa dalam lantunan rabab selain berkisah tentang adat istiadat minangkabau yang harus diikuti, juga terselip nasehat-nasehat agama yang harus kita amalkan.

C. Kesimpulan

Secara tekstual di dalam Al Quran dan hadits memang tidak ditemukan ayat atau hadits yang membicarakan media dakwah, namun demikian, media dakwah tetap menjadi salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan dakwah.

Secara filosofi, media dakwah tidak dapat dipisahkan dengan pribadi juru dakwah dan komponen lainnya. Apabila salah satu tidak mendukung, maka proses dakwah tidak akan diproses dan dipahami dari penyelenggaraan dakwah. Kepiawaian juru dakwah dalam memilih media yang tepat akan mendukung proses dakwah terlaksana dengan baik. Secara umum ada beberapa media dakwah yang terinspirasi dari Al Quran dan hadits, di antaranya:

1. Lisan seperti melalui ceramah, khutbah dan lain sebagainya.
2. Tulisan, seperti melalui buku,artikel, karya ilmiah, surat, surat kabar, majalah, dan lain-lain,
3. Lukisan, seperti seni lukis, foto dan lain sebagainya,
4. Audio visual, seperti melalui radio, telivisi, internet, musik dan lain-lain,
5. Akhlak, dan
6. Seni atau budaya

Dari model-model media ini, bila dimanfaatkan secara maksimal oleh seorang da’i, maka isya Allah pelaksana dakwah akan lebih mudah diterima masyarakat atau objek dakwah, tentunya dengan kecermatan da’i dalam menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi. WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB


DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Ya’cub, Publisistik Islam Teknik Dan Leadership, Bandung: Diponegoro, 1986

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009

Salmadanis, Filsafat Dakwah, Jakarta: Surau, 2003, cet. Ke-2, Metode Dakwah Perspektif Al-Qur’an, Padang: Hayfa Press, 2010

Muhammad Sulton, Desain Ilmu Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Walisongo Press, 2003

3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...